Sabtu, 17 November 2012

counseling theory










TEORI KONSELING
Pengertian Teori, Pentingnya Teori, dan Teori ke Praktik
Teori Konseling Psikoanalisis, Adlerian, dan Humanistik
Teori Tingkah Laku, Kognitif,Sistemik, Singkat,dan Krisis dari Konseling

Mata kuliah Pengembangan Profesi Konseling



Oleh:

Jontas Gayuh Panuntun     0105512053
Elliyan ti                            0105512067
Bety Vitriana                    0105512073




PASCASARJANA BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

Daftar Isi


Kata Pengantar        i
Daftar Isi        ii
Bab 1 Pendahuluan        1
Bab II Pembahasan       
a.    Pengertian Teori       
b.    Pentingnya Teori       
c.    Teori ke Praktek       
d.    Teori Psikoanalisis       
e.    Konseling Adlerian       
f.    Teori Humanistik       
g.    Teori Tingkah Laku       
h.    Teori Kognitif       
i.    Teori Sistem       
j.    Teori Singkat       
k.    Teori Krisis       
Bab III Penutup       
Daftar Pustaka         
A.    Pengertian Teori
Teori adalah model yang dipengaruhi oleh konselor sebagai panduan untuk merumuskan pembentukan solusi atas suatu masalah. “Pemahaman teoretis adalah bagian esensial dalam praktek konseling yang efektif. Teori membantu konselor mengatur data klinis, membuat proses yang kompleks menjadi koheren, dan memberikan panduan konseptual untuk berbagai intervensi” (Hansen, 2006, P.291). Konselor menentukan teori yang akan digunakan berdasarkan latar belakang pendidikan, filosofi, dan kebutuhan kliennya. Tidak semua pendekatan tepat digunakan bagi semua konselor maupun klien. Sebagaian besar praktisi luar biasa juga mengembangakn sendiri teori konseling  berdasarkan pengalaman dan observasinya. Akan tetapi kebanyakan ahli teori masih merasa kurang yakin mengenai posisi mereka, setelah sadar bahwa tidak ada satu pun teori yang cocok untuk diterapkan pada semua situasi ataupun klien (Tursi & Cochran, 2006). Konselor harus memilih teori yang digunakan dengan hati-hati dan menilai ulang secara berkala.
Hansen, Stevic, dan Warner (1986) menyebutkan lima persyaratan teori yang baik:
1.    Jelas, Mudah dipahami, dan dapat dikomunikasikan. Koheren dan tidak bertentangan.
2.    Komprehensif. Mencakup penjelasan untuk fenomena yang sangat beragam.
3.    Eksplisit dan heuristik. Menghasilkan penelitian karena desainnya.
4.    Spesifik dalam menghubungkan pengertian pada hasil yang diinginkan. Berisi suatu cara untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan.
5.    Berguna bagi praktisi yang akan menggunkannya. Memberikan panduan bagi penelitian dan prakteiknya.
Sebagai tambahan lima kualitas tersebut, suatu teori yang baik bagi konselor adalah yang cocok dengan filosofi pribadinya dalam memberikan bantuan. Shertzer dan Stone (1974) menyebutkan bahwa teori konseling harus cocok dengan konselornya seperti ibaratnya pakaian.  Beberapa teori, seperti layaknya baju, membutuhkan perombakan. Oleh karena itu, konsleor yang efektif menyadari pentingnya perubahan. Konselor yang ingin bekerja efektif dan pandai menyesuaikan diri harus mempelajari beragam teori konseling, dan mengetahui bagaimana cara penerapannya tanpa menyalahi  konsistensi internalnya.



B.    Pentingnya Teori
Teori adalah fondasi dari konseling yang baik. teori menantang konselor untuk lebih kreatif dan peduli dalam batasan-batasan hubungan sangat pribadi yang terstruktur demi kemajuan dan pencerahan (Gladding, 1990). Tanpa latar belakang teori, konselor bertindak coba-coba tanpa arah, tidak efektif, dan membahayakan. Boy dan Pine menunjukkan enam fungsi teori yang membantu konselor dengan cara yang praktis:
1.    Teori membantu konselor menemukan persatuan dan kesinambungan dalam perbedaan eksistensi.
2.    Teori memaksa konselor untuk mengamati hubungan yang mungkin dia lewatkan sebelumnya.
3.    Teori memberikan pada konselor panduan operasional untuk digunakan dalam bekerja dan membantu konselor mengevaluasi perkembangannya sebagai seorang profesional.
4.    Teori membantu konselor memusatkan diri pada data yang relevan dan menunjukkan apa yang harus dicari.
5.    Teori membantu konselor mengevaluasi  pendekatan lama dan baru pada proses konseling. Ini adalah basis untuk membangun pendekatan konseling yang baru.
“kriteria utama bagi semua teori konseling adalah bagaimana teori dapat memberikan penjelasan atas apa yang terjadi pada proses konseling” (Kelly, 1988, P.212-213).

C.    Teori ke Praktek
Pada tahun 2008, terdapat lebih dari 400 sistem psikoterapi dan konseling diseluruh dunia (Corsini,2008). Jadi konselor mempunyai ragam pilihan teori yang luas untuk dipilih. Bagaimanapun juga seperti yang dikatakan Okun (1990), yang ditekankan dalam konseling saat ini adalah menghubungakn teori, bukannya menciptakan. Sebab tidak satupun sudut pandang teoritis yang dapat menyediakan semua jawaban bagi klien kita saat ini, sehingga konselor tampaknya secara pragmatis, luwes mengadaptasikan teknik dan intervensi-intervensi daripendekatan teoritis yang berbeda kedalam pekerjaannya, tanpa benar-benar menerima dasar sudut pandang beberapa teori. Ia juga mempertimbangkan faktor internal, eksternal, antarpersonal dan interpersonal ketika bekerja bersama klien.
Kebanyakan konselor profesional masa kini (diperkirakan 60% hingga 70%) menganggap dirinya eklektik dalam menggunakan teknik dan teori (Lazarus & Beutler, 1993). Yaitu menggunakan berbagai teknik dan teori untuk dicocokan dengan kebutuhan klien, sewaktu kebutuhan berubah, konselor berpindah dari teori yang digunakan ke pendekatan lainnya ini fenomena yang disebut konseling berganti gaya. Agar efektif konselor harus mempertimbangkan seberapa jauh kliennya mengalami kemajuan dalam perkembangan structural. Contoh, seorang klien yang tidak sadar akan perkembangan lingkungannya membutuhkan pendekatan terapi yang berfokus pada “emosi, tubuh dan pengalamannya disini dan sekarang”; sementara klien dengan tingkatan perkembangan yang lebih maju akan sangat cocok jika diberi pendekatan “operasi konsultasi formal”, yang menekankan pada pemikiran mengenai tindakan. Intinya adalah bahwa konselor dan teori harus dimulai dari tempat klien berbeda, membantu klien berkembang dalam pola yang benar dan utuh.
Sementara kekuatan eklektik terletak pada kemampuannya untuk menarik teori, teknik, dan praktik yang beragam untuk dicocokan dengan kebutuhan klien, pendekatan ini juga memiliki kekurangan. Contohnya, pendekatan elektik dapat membahayakan proses konseling jika konselor tidak familiar benar dengan semua aspek teori yang terlibat disini. Untuk menghadapi masalah ini, McBride dan Martin (1990) menyarankan adanya hierarki praktik dan mendiskusikan pentingnya mempunyai dasar teoretis yang kuat sebagai panduan.
Oleh karena itu setelah menilai klien dengan benar, konselor dapat menggunakan metode tingkah laku (seprti misalnya pelatihan asertif) dengan teknik eksistensial (seperti mengkonfrontasikan klien tentang arti kehidupannya) jika situasi memungkinkan. Pendekatan ini segaris dengan yang disarankan oleh Cavanagh (1990) sebagai suatu pendekatan eklektik yang sehat pada konseling. Disini konselor harus mempunyai :
a.    Pengetahuan yang cukup dan pemahaman akan teori akan teori konseling yang digunakannya.
b.    Filosofi dasar yang integrative akan perilaku manusia yang membawa bagian-bagian terpisah dari berbagai teori kedalam kombinasi yang memiliki arti
c.    Cara yang fleksibel untuk mencocokan pendekatan pada klien, bukan sebaliknya.

D.    Teori Psikoanalisis
Teori ini adalah yang pertama mendapat pengakuan dan penerimaan publik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.
-    Penemu/Pengembang : Sigmund Freud, seorang praktisi dari Vienna, ia adalah sosok yang selalu diasosiasikan dengan psikoanalisis, khususnya sekolah pemikir klasik.
-    Sudut pandang sifat manusia : Freud memandang sifat manusia sebagai sesuatu yang dinamis dengan transformasi dan pertukaran energy didalam kepribadiannya. Manusia mempunyai pikiran sadar (berhuungan dengan kesadaran terhadap dunia luar), pikiran pra-sadar (yang berisi kenangan-kenangan akan pengalaman yang tersembunyi atau terlupakan yang masih banyak diingat), dan pikiran bawah sadar (berisi naluri. Kekuatan yang terpendam). Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga bagian:
a). id, (terdiri atas naluri dasar amoral, dan yang bekerja sesuai prinsip kesenangan)
     b). ego, (“pusat pikiran”, yang membuat keputusan secara sadar sesuai dengan prinsip kenyataan)
c). superego, (hati pikiran yang berisi nilai-nilai ajaran orangtua, agams dan bekerja sesuai dengan prinsip moral)
-    Peranan Konselor : profesional yang mepraktekan psikoanalisis klasik berfungsi sebagai seorang ahli. Mereka mendorong klien untuk membicarakan apa pun yang muncul dalam benaknya, khususnya pengalaman dimasa kanak-kanak. Untuk menciptakan atmosfir  yang membuat klien merasa bebas mengekspresikan pikiran yang menyusahkannya, ahli psikoanalisis,  setelah melewati beberapa sesi tatap muka, sering kali meminta kliennya untuk berbaring disofa sementara ahli analis tetap berbeda diluar bidang pandang klien (biasanya duduk dibelakang kepala klien).
-    Tujuan : tujuan psikoanalisis bervariasi bergantung pada klien, tetapi fokus utamanya pada penyesuaian pribadi, biasanya memicu reorganisasi  kekuatan internal didalam diri seseorang. Pada kebanyakan kasus tujuan utamanya adalah membantu klien agar lebih menyadari aspek-aspek tidak sadar dalam kepribadiannya dan untuk menghadapi  reaksi-reaksi kini yang mungkin disfungsional. Tujuan utama yang kedua adalah membantu klien menghadapi tahap perkembangan yang belum terpecahkan. Jika tercapai, kebuntuan yang dirasakan klien akan lenyap dan dia dapat hidup lebih produktif. Tujuan akhir psikoanalissi adalah membantu klien menghadapi tuntutan masyarakat tempat dimana ia hidup. Orang yang tidak bahagia menurut teori ini adalah orang yang tidak selaras dengan diri sendiri maupun masyarakat disekitarnya. Psikoanalisis menekankan pada penyesuaian lingkungan, khususnya pada bidang pekerjaan dan keintiman. Fokusnya adalah memperkuat ego sehingga persepsi dan rencana akan menjadi lebih realistis.
-    Teknik : asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis transference, analisis resistensi, dan interpretasi.
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    Pendekatan ini menekankan pada pentingnya seksualitas dan alam sadar dalam tingkah laku manusia. Sebelum dibuatnya teori ini, seksualitas (khususnya seksualitas pada masa kanak-kanak) disangkal dan kekuatan alam tidak sadar kurang mendapat perhatian.
•    Pendekatan ini memberikan sumbangan pada penelitian-penelitian empiris, bersifat heuristic. Proposal freud telah menghasilkan begitu banyak penelitian.
•    Pendekatan ini menyediakan dasar teoritis yang mendukung sejumlah instrument diagnostik. Beberapa tes psikologi, seperti tes apresiasi tematik atau noda tinta Rorschach, berakar pada teori psikoanalisis. 
•    Psikoanalisis terus berevolusi dan akhir-akhir ini menekankan pada proses adaptif dan hubungan sosial.
•    Pendekatan ini tampaknya efektif bagi mereka yang menderita berbagai macam gangguan, termasuk hysteria, narsisme, reaksi obesif-kompulsif, gangguan karakter, ansietas, fobia, dan gangguan seksualitas.
•    Pendekatan ini menekankan pentingnya tahap perkembangan pertumbuhan.
-    Keterbatasan :
•    Pendekatan ini menghabiskan waktu dan biaya yang banyak. Seseorang yang menjalani psikoanalisis biasanya datang tiga sampai lima kali seminggu, dalam kurun waktu bertahun-tahun.
•    Pendekatan ini tidak terlalu berguna bagi klien lansia atau bahkan sekelompok klien yang bervariasi. “pasien yang mendapatkan keuntungan paling banyak dari analisis ini” terutama adalah “pria paruh baya dan wanita yang tertekan karena merasa hidupnya sia-sia serta mencari arti didalam kehidupan”
•    Di luar harapan freud, pendekatan ini telah di klaim secara eksklusif oleh para psikiater. Konselor dan psikolog yang tidak mempunyai pendidikan medis mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelatihan ekstensif dibidang psikoanalisis.
•    Pendekatan ini berdasarkan pada banyak konsep yang tidak mudah dipahami atau dikomunkasikan ; id, ego, dan superego contohnya. Terminology psikoanalitikal tampaknya terlalu rumit.
•    Pendekatan ini menuntut ketekunan. Contohnya, freud mengaitkan batasan tertentu pada wanita dengan hasil dari gender yaitu menjadi perempuan.
•    Pendekatan ini tidak begitu cocok dengan kebutuhan kebanyakan individu yang mencari konseling profesional. Model psikoanalitik dikaitkan dengan orang yang mempunyai masalah penyesuaian diri atau yang ingin atau yang butuh mengeksplorasi alam bawah sadarnya.

E.    Konseling Adlerian
-    Penemu/ pengembang : Alfred Adler adalah penemu pendekatan adlerian pada konseling, juga dikenal sebagai psikologi individual (untuk menekankan sifat holistic dan keutuhan manusia). Dia adalah rekan sezaman Sigmund Freud. Namun Adler berbeda dengan Freud perihal pentingnya dorongan biologi sebagai kekuatan motivator utama dalam kehidupan dan menekankan pentingnya perasaan subjektif serta kepedulian sosial. 
-    Sudut pandang tentang sifat manusia : gagasan utama pada teori Adler dalam hubungannya dengan manusia adalah bahwa manusia secara primer dimotivasi oleh kepedulian sosial, yaitu perasaan mempunyai kaitan dengan masyarakat sebagai bagian dari masyarakat secara keseluruhan, suatu kepedualian aktif dan empati kepada sesame, selain kebutuhan dan kemauan untuk berkontribusi pada kepentingan umum masyarakat. Orang yang mempunyai kepedulian sosial bertanggung jawab atas diri sendiri dan orang lain serta kooperatif dan positif dalam hubungannya dengna kesehatan mental. Teori adler menyatakan bahwa aspek sadar dari tingkah laku, bukan yang tidak sadar, merupakan pusat dari perkembangan kepribadian. Prinsip utama dari teori adlerian adalah bahwa manusia berjuang untuk kesuksesan, suatu proses yang dia sebut perjuangan untuk kesempurnaan atau totalitas. Adler percaya bahwa manusia dipengaruhi oleh tujuan masa depan selain dari akibat masalalu. Teorinya juga memberi banyak penekanan pada urutan kelahiran, misal anak pertama, kedua, anak tengah, anak termuda dan anak satu-satunya. Suasana keluarga juga sangat berpengaruh, seperti suasana keluarga yang negative dapat berupa terlalu otoriter, penolakan, supresif, materialistis, terlalu protektif, atau mengasihani, sementara suasana keluarga yang positif dapat berupa demokratis, penerimaan, terbuka, dan sosial, itu semua lebih penting bagi perkembangan gaya hidup manusia. Secara keseluruhan, penganut adler percaya ada tiga tugas utama kehidupan yakni ; masyarakat, pekerjaan, dan seksualitas. Teori tersebut menyatakan bahwa pekerjaan merupakan hal yang esensial bagi keberlangsungan hidup manusia dan bahwa kita harus belajar mandiri. Kemudian orang juga perlu menentukan seksualitasnya sendiri dalam hubungannya terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain dalam semangat bekerjasama bukannya berkompetisi.
-    Peranan konselor : konselor adlerian terutama berfungsi sebagai diagnostic, guru dan model dalam hubungan kesetaraan yang mereka bangun dengan klien. Mereka mencoba menilai mengapa klien berorientasi kecara berfikir dan bertindak tertentu. Konselor membuat penilaian dengan mengumpulkan informasi dalam konstelasi keluarga dan dari kenangan awal klien. Kemudian konselor membagi impresi, opini, dan perasaannya bersama kien dan berkonsentrasi untuk meningkatkan hubungan terapi. Klien didorong untuk memeriksa dan mengubah gaya hidup yang salah dengan mengembangkan kepedulian sosialnya.
-    Tujuan : tujuan dari konseling Adlerian adalah membantu orang untuk mengembangkan  gaya hidup  holistic dan sehat. Ini artinyamendidik atau mendidik ulang klien mengenai gaya hidup semacam itu dan membantunya mengatasi masalah inferioritas. Salah satu tujuan utama konseling adlerian adalah membantu klien mengatasi gaya hidup yang salah, yaitu gaya hidup yang egois dan berdasarkan tujuan yang salah serta asumsi yang tidak benar berkaitan dengan perasaan inferioritas.
-    Teknik : membangun hubungan konseling sangatlah penting untuk mencapai tujuan konseling Adlerian. Konselor adlerian mencoba membangun hubungan yang hangat, suportif, bersahabat, empati, dan setara dengan kliennya. Konselor mendengarkan secara aktif dan menganggapi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan konselor yang berpusat pada manusia. Setelah hubunngan terbangun, konselor berkonsentrasi pada anaisis gaya hidup klien. Termasuk memeriksa pada konstelasi keluarga dan suasana dimana anak-anak tumbuh mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prsepsi diri sendiri dan orang lain. Seringkali klien bisa mendapatkan pencerahan dengan mengenang kembali kenangannya, khususnya peristiwa sebelum usia 10 tahun. Adler menyebutkan bahwa orang mengingat kenangan masa kanak-kanak yang konsisten dengan sudut pandangnya masa kini terhadap diri sendiri, orang lain, dan dunia secara umum. Usaha konselor berikutnya adalah membantu klien untuk mengembangkan pencerahan,khususnya dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan membuat interpretasi. Kemampuan empati sangat penting pada proses ini, karena konselor harus merasakan bagaimana menjadi klien sebelum memberikan penilaian buruk terhadap alasan prilaku klien saat ini. Teknik spesifikasinya yaitu: konfrontasi, mengajukan pertanyaan, dorongan, bertindak (seandainya), meludah di sup klien, menangkap diri sendiri, penetapan tugas, dan tekan tombol.
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    Pendekatan ini membina atmosfir kesetaraan melalui teknik positif yang digunakan konselor. Ikatan dan komitmen ditingkatkan melalui proses ini dan peluang untuk berubah meningkat. Dorongan dan dukungan konselor merupakan komoditas yang berharga. Konselor adlerian mendekati klien dengan orientasi pandidikan dan pandangan yang optimistis terhadap kehidupan.
•    Pendekatan ini fleksibel untuk semua usia. “ahli teori adlerian telah mengembangakn model konseling untuk anak-anak, dewasa, lansia, seluruh keluarga, kelompok guru dan segmen masyarakat lainnya”. Terapi bermain unutk anak-anak usia 4-9 tahun kelihatannya sangat efektif.
•    Pendekatan ini berguna untuk perawatan berbagia kelainan, termasuk kelainan perilaku, perilaku antisocial, ansietas masa kanak-kanak dan remaja, beberapa kelainan afektif, dan kelainan kepribadian.
•    Pendekatan ini memberi kontribusi pada teori-teori pembantu lainnya dan pada pengetahuan serta pemahaman umum akan interaksi manusia. Banyak gagasan adler yang sudah diintegrasikan kedalam pendekatan konseling.
•    Pendekatan ini dapat digunakan secara selektif diberbagai konteks budaya. Contohnya konsep “dorongan” tepat ditekankan jika bekerja dengan kelompok yang sejak dulu menekankan kolaborasi seperti Hispanik dan Asia Amerika, sementara konsep “kompetisi antarsaudara” dapat ditekankan pada klien-klien Eropa Amerika Utara yang mementingkan kompetisi.
-    Keterbatasan :
•    pendekatan ini kurang memiliki dasar penelitian yang suportif dan tegas. Hanya sedikit penelitian empiris yang dilakukan.
•    Pendekatan ini masih kabur dalam hubungannya dengan beberapa konsep dan istilah.
•    Pendekatan ini terlalu optimistis perihal sifat manusia, khususnya kerjasama dan kepedulian sosial. Pendekatan ini dianggap mengabaikan dimensi kehidupan yang lain, seperti kekuatan dan alam tidak sadar.
•    Prinsip dasar pendekatan ini, seperti struktur keluarga yang demokratis misalnya, tidak terlalu cocok untuk klien yang konteks budayanya menekankan pada hubungan sosial linier, seperti bangsa Arab Amerika.
•    Pendekatan ini yang sangat bergantung pada pengetahuan verbal, logika dan pencerahan, penerapannya terbatas untuk klien yang kurang cerdas.

F.    Teori Humanistik
-    Penemu/ pengembang : Carl Rogers adalah orang yang paling dekat dengan konseling berpusat pada orang. Bahkan Rogers lah yang pertama kali memformulasikan teori tersebut dalam bentuk psikoterapi tak langsung didalam bukunya, Counseling and Psichotherapy pada tahun 1942.
-    Sudut pandang tentang sifat manusia : manusia pada dasarnya baik. manusia secara karakteristik “positif, bergerak maju, konstruktif, realistic, dan dapat diandalkan”. Setiap orang sadar, terarah, dan maju kearah aktualisasi diri sejak masa kanak-kanak. Menurut Rogers, aktualisasi diri merupakan pengerak yang paling umum dan memotivasi keberadaan, serta mencakup tindakan yang mempengaruhi orang tersebut secara keseluruhan. “makhluk hidup mempunyai satu dasar kecenderungan dan perjuangan, yaitu aktualisasi diri, mempertahankan dan meningkatkan si makhluk yang merasakannya tersebut” (Rogers, 1951,p.487). Rogers memandang individu dari perspektif fenomenologikal: yang penting adalah persepsi manusia mengenai realita dibanding peristiwa yang terjadi itu sendiri. Cara memandang manusia ini mirip seperti teori Adler. Tetapi pada Rogers konsep tersebut adalah inti dari teorinya sehingga gagasannya sering disebut teori diri. Diri adalah hasil dari pengalaman yang dialami seseorang, dan suatu kesadaran akan diri dapat membantu orang membedakan dirinya dari orang lain. Agar muncul diri yang sehat, seseorang membutuhkan perhatian positif-cinta, kehangatan, kasih sayang, respek, dan penerimaan. Akan tetapi dimasa kanak-kanak, dan dimasa kehidupan berikutnya, seseorang seringkali menerima perhatian berpamrih dari orang tua atau orang lain.
-    Peranan konselor : konselor membuat dan meningkatkan atmosfer dimana klien bebas dan didorong untuk mengeksplorasi semua aspek mengenai dirinya. Atmosfer ini difokuskan pada hubungan konselor-klien, yang digambarkan Rogers sebagai kualitas pribadi dengan “saya-anda” yang special. Klien adalah orang yang diberi hak untuk mengarahkan terapinya sendiri. Jadi konselormenaruh kepercayaan pada kliennya untuk mengembangakn agenda tentang apa yang ingin dia kerjakan. Tugas konselor adalah lebih sebagai fasilitator dari pada pengarah.
-    Tujuan : tujuan dalam konseling berpusat pada orang berkisar pada klien sebagai manusia, bukan permasalahan yang dihadapinya. Roger menekankan bahwa orang perlu bantuan untuk belajar bagaimana menghadapi berbagai situasi. Salah satu cara utama untuk mencapai hal ini adalah dengan membantu klien menjadi orang yang berfungsi penuh, yang tidak perlu menerapkan mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi pengalaman sehari-hari. Orang yang berfungsi penuh mengembangkan penerimaan yang lebih besar akan dirinya dan orang lain serta menjadi pembuat keputusan yang lebih baik dimasa kini dan mendatang. Yang paling utama, klien dibantu mengidentifikasi, menggunakan, dan mengintegrasikan sumber daya dan potensinya sendiri.
-    Teknik : bagi terapis yang menggunakan pendekatan berpusat pada orang, kualitas hubungan konseling jauh lebih penting dari pada teknik yang digunakan. Rogers percaya bahwa ada tiga kondisi yang penting dan perlu pada konseling ini: (1) empati, (2) perhatian positif tanpa pamrih (penerimaan, penghargaan), dan (3) kecocokan (ketulusan, keterbukaan, autentik, transparansi).
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    pendekatan ini merevolusi profesi konseling dengan cara menghubungkan konseling dengan psikoterapi dan memperjelasnya melalui pembuatan rekaman suara dari sesi actual dan menerbitkan salinan actual mengenai sesi konseling.
•    Pendekatan berpusat pada orang dalam konseling dapat diterapkan untuk berbagai macam permasalahan manusia, termasuk perubahan intitusional, hubungan manajemen-pekerja, perkembangan kepemimpinan, membuat keputusan tentang karir, dan diplomasi internasional.
•    Pendekatan ini efektif dalam sejumlah keadaan. Konseling berpusat pada orang membantu memperbaiki penyesuaian psikologis, pembelajaran, toleransi frustasi, dan mengurangi sikap defentif. Pendekatan ini tepat untuk mengobati ansietas ringan dampai menengah, gangguan penyesuaian, dan kondisi yang tidak berhubungan dengan kelainan mental, seperti kesedihan yang tidak rumit atau hubungan antar pribadi.
•    Pendekatan ini berfokus pada keterbukaan dan hubungan penerimaan yang dibangun konselor dan klien serta proses bantuan yang bersifat jangka pendek.
•    Dasar pendekatan ini hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat untuk dipelajari. Dengan penekanannya pada penguasaan keahlian mendengarkan, konseling berpusat pada orang merupakan fondasi dasar untuk melatih para calon pembantu profesional. Lebih jauh lagi, merupakan dasar untuk beberapa pendekatan perawatan yang baru dan seringkali dikombinasikan dengan orientasi teoretis lainnya dalam konseling seperti kognitif dan tingkah laku.
•    Pendekatan ini mempunyai pandangan positif perihal sifat manusia dan terus berevolusi.
-    Keterbatasan :
•    Pendekatan ini terlalu sederhana, optimistis, santai, dan tidak terfokus untuk klien yang dalam krisis atau klien yang membutuhkan  struktur atau arah yang lebih jelas.
•    Pendekatan ini terlalu bergantung pada klien yang suka bekerja keras, cerdas, dan berwawasan luas untuk mendapatkan hasil terbaik. Pendekatan ini memilikipenerapan yang terbatas, dan jarang digunakan untuk anak-anak atau penderita cacat berat.
•    Pendekatan ini mengabaikan diagnosis, ketidaksadaran, teori-teori perkembangan dan dorongan agresif serta seksual yang alami. Banyak kritik yang mengatakan bahwa pendekatan ini terlalu optimistis.
•    Pendekatan ini hanya menangani permasalahan yang ada dipermukaan, dan tidak menantang klien untuk mengeksplorasi area-area yang lebih dalam. Karena konseling berpusat pada orang hanya untuk jangka pendek, tidak mempunyai dampak yang permanen pada orang tersebut.

G.    Teori Tingkah Laku
-    Penemu/ pengembang : B.f (Burrhus Frederik) Skiner (1904-1990) adalah orang yang mempopulerkan metode perawatan tingkah laku. Analisis terapan tingkah laku terapan adalah “perpanjangan langsung dari tingkah laku radikal Skiner (1953)”yang didasarkan pada pengkondisian operan.
-    Sudut pandang tentang sifat manusia :
•    Berkonsentrasi pada proses tingkah laku yaitu proses yang berhubungan erat dengan tingkah laku yang berlebihan (kecuali untuk penganut tingkah laku kognitif)
•    Berfokus pada tingkah laku sekarang dan kini, berlawanan dengan tingkah laku nanti dan berikutnya.
•    Mengasumsi bahwa semua tingkah laku dipelajari, baik itu adaptif maupun mal-adaptif.
•    Memiliki keyakinan bahwa belajar efektif dalam mengubah tingkah laku mal-adaptif.
•    Berfokus pada penerapan tujuan terapi yang tepat bersama klien.
•    Menolak gagasan bahwa kepribadian manusia adalah gabungan watak.
-    Peranan konselor : umumnya konselor yang memakai tekhnik tingkah laku, aktif didalam sesi konseling. Sebagai hasilnya, klien belajar, tidak belajar, atau mempelajari ulang cara berprilaku yang spesifik. Dalam prose situ, konselor berperan sebagai konsultan, guru, penasehat, fasilitator dan pendukung. Dia bahkan memberikan instruksi atau pengawasan pada tenaga pendukung dilingkungan klien, yang membantu proses perubahan.
-    Tujuan : tujuannya pun sama dengan kebanyakan konselor lainnya. Pada dasarnya, konselor ingin membantu klien untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi kehidupannya, dan mencapai tujuan pribadi dan profesionalnya. Jadi fokusnya adalah mengubah atau menghapuskan tingkah laku mal-adaptif yang ditunjukkan klien, sambil membantunya mendapatkan cara bertindak yang sehat dan konstruktif.
-    Teknik : tehnikyang digunakan antara lain yaitu penggunaan penguat, jadwal penguatan, pembentukan, generalisasi, pemeliharaan, pemusnahan, hukuman, teknik tingkah laku spesifik, latihan tingkah laku, perencanaan lingkungan, desensitisasi sistemik, latihan asertif, kontrak kemungkinan, implosive dan flooding, time-out, overkoreksi, dan sensitisasi tertutup.
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    Pendekatan ini berfokus pada masa kini dan sekarang. Klien tidak harus memeriksa masalalu untuk mendapatkan bantuan dimasa kini. Pendekatan tingkah laku menghemat waktu dan biaya.
•    Pendekatan ini menawarkan banyak teknik untuk digunakan oleh konselor.
•    Pendekatan ini berdasarkan pada teori pembelajaran, yang merupakan cara pendokumentasian yang dirumuskan dengan baik, untuk mencatat bagaimana tingkah laku baru diperoleh.
•    Pendekatan ini diperkuat oleh ABCT (Association for Behavioral and Cognitive Therapies), yang meningkatkan  praktek metode konseling tingkah laku.
•    Pendekatan ini didukung oleh penelitian yang sangat baik, mengenai bagaimana teknik tingkah laku dapat memengaruhi proses konseling.
•    Pendekatan ini objektif dalam mendefinisikan dan menghadapi permasalahan serta mempermudah pemahaman akan proses konseling.
-    Keterbatasan :
•    Pendekatan ini tidak menangani klien secara keseluruhan, hanya prilaku eksplisit saja. banyak kritik yang menyebutkan  bahwa penganut pendekatan ini menghadapi klien diluar kepribadiannya.
•    Pendekatan ini terkadang diterapkan secara mekanik.
•    Pendekatan ini tampak paling baik pada kondisi terkontrol yang mungkin sulit diulangi pada situasi konseling normal.
•    Pendekatan ini mengabaikan masa lalu klien dan kekuatan tidak sadar.
•    Pendekatan ini tidak mempertimbangkan tahapan-tahapan perkembangan.
•    Pendekatan ini memprogram klien kea rah tingkat berprilaku minimal atau dapat ditoleransi. Memperkuat konformitas, menghambat kreativitas, dan mengabaikan kebutuhan klien akan kepuasan pribadi, aktualisasi diri dan percaya diri.

H.    Teori Kognitif
-    Penemu/ pengembang : penemu REBT adalah Albert Ellis (1913-2007).
-    Sudut pandang tentang sifat manusia : Ellis percaya bahwa manusia mempunyai kepedulian diri dan kepedulian sosial.  Ia menganggap manusia “rasional dan irasional, masuk akal sekaligus gila”. Pikiran irasional melibatkan pembentukan pikiran yang mengganggu dan menjengkelkan. Anak-anak lebih gampang terkena pengaruh dari luar dan memiliki cara berpikir yang tidak rasional daripada orang dewasa. Pada dasarnya dia menyakini bahwa manusia itu naïf, mudah disugesti, dan mudah terusik. Manusia memiliki kemampuannya sendiri untuk mengontrol pikiran, perasaan dan tindakan, tetapi pertama-tama dia harus menyadari apa yang mereka katakana kepada dirisendiri (bicara pada diri sendiri) untuk mendapatkan komando atau kehidupannya. Ini adalah masalah kesadaran pribadi. Ellis mengatakan bahwa suatu kesalahan jika manusia berfikir bahwa manusia adalah makhluk yang biasa berbuat salah.
-    Peranan konselor : konselor harus aktif dan langsung. Mereka adalah instruktur yang mengajarkan dan membetulkan kognisi kliennya. “melawan keyakinan yang tertanam kuat membutuhkan lebih dari sekedar logika. Dibutuhkan repetisi yang kuat” (Krumbolz, 1992). Oleh karena itu konselor harus menyimak dengan cermat untuk menemukan pernyataan tidak logis atau salah dari kliennya dan keyakinan yang bertentangan. Konselor harus cerdas, berwawasan, empatik, respek, tulus, konkret, bertekad kuat, ilmiah, berminat membantu orang lain.
-    Tujuan : tujuan utamanya yaitu membantu orang untuk menyadari bahwa mereka dapat hidup lebih rasional dan produktif serta membantu klien agar tidak memberikan tanggapan emosional melebihi yang selayaknya terhadap suatu peristiwa. Tujuan lainnya juga adalah mengubah kebiasaan berpikir atau bertingkah laku yang menghancurkan diri sendiri.
-    Teknik : dua teknik yang paling penting adalah pengajaran dan pertentangan. Pengajaran melibatkan tindakan meminta klien mempelajari gagasan dasar dan memahami bagaimana pikiran terhubung dengan emosi dan tingkah laku, tindakan ini bersifat mengarahkan. Sedangkan pertentangan pikiran dan keyakinan mengambil salah satu dari tiga bentuk; kognitif, imajinal, dan tingkah laku. Dua teknik yang sama kuatnya adalah konfrontasi dan dorongan.
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    Pendekatan jelas mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan klien hanya mengalami sedikit kesulitan dalam memahami prinsip ataupun terminology REBT.
•    Pendekatan ini dapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klien mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.
•    Pendekatan ini relative singkat dank lien dapat melanjutkan menggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.
•    Pendekatan ini telah banyak menghasilkan banyak literature dan penelitian untuk klien dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi ini.
•    Pendekatan ini berevolusi terus menerus selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya lebih diperbaiki.
•    Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental yang parah seperti depresi dan ansietas.
-    Keterbatasan :
•    Pendekatan ini tidak bisa digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, dan mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat.
•    Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemuannya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
•    Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor terlalu fanatic dan ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya.
•    Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.

I.    Teori Sistem
-    Penemu/ pengembang : salah satu pendekatan system terawal untuk bekerj bersama klien, khususnya anggota keluarga yang diciptakan oleh Murray Bowen.
-    Sudut pandang tentang sifat manusia : bowen percaya bahwa ada ansietas kronis didalam semua kehidupan yang bersifat fisik dan emosional. Karena cara generasi sebelumnya dalam keluarga mereka mentransmisikannya. Jika ansietisnya rendah, masalah yang muncul pada diri orang tersebut atau keluarganya, sedikit. Jika nasietisnya menjadi tinggi, orang ini lebih rentan terhadap penyakit dan menjadi disfungsional secara menahun . jadi fokus teori Bowen terletak pada perbedaan atau membedakan pikiran seseorang dari emosi seseorang dan diri sendiri dari orang lain.  Contohnya, pasangan suami istri yang menikah pada tingkat kematangan emosional yang sama dibanding dengan pasangan yang kurang matang yang lebih rentan mengalami permasalahan dalam hubungan pernikahan mereka dibandingkan pasangan yang matang. Sebab ketika bergesekan dengan perbedaan, pasangan yang kurang  matang cenderung memperlihatkan tingkat emosi yang tinggi, sebab kestabilan pengaruh keluarga besarnya masih cenderung terbawa sehingga belum terbentuk konsep diri pernikahan yang stabil.
-    Peranan konselor : yaitu untuk melatih dan mengajar klien agar lebih kognitif saat berhadapan dengan orang lain. Proses konseling dalam kondisi terbaik ibaratnya adalah “dialog Socrates, dengan guru atau pelatih mengajukan pertanyaan-pertanyaan sampai siswa belajar untuk berfikir bagi dirinya sendiri”
-    Tujuan : jika konseling berjalan dengan sukses, klien akan memahami dan mengubah strategi dan polanya dalam menghadapi stress yang diwariskan dari generasi ke generasi.
-    Teknik : taknik pendekatan ini berfokus pada cara untuk menciptakan seorang individu dengan konsep diri yang sehat, yang mampu berinteraksi dengan orang lain dan tidak mengalami ansietas berlebih, setiap kali hubungannya mengalami tekanan. Cara untuk mencapai tujuan ini melibatkan penilaian atas diri sendiri dan keluarga dengan sejumlah cara. Salah satunya melalui konstruksi genogram multigenerasi, yang merupakan representasi visual dari pohon silsilah keluarga yang digambarkan dalam figure geometric, garis-garis dan kata-kata. Taknik lainnya difokuskan pada kognitif, seperti mengajukan pertanyaan berdasarkan kepuasan keluarga seseorang. Tujuannya adalah untuk memahami apa yang terjadi didalam keluarga seseorang tanpa didominasi emosi.
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    Pendekatan ini berfokus pada riwayat keluarga multigenerasi dan pentingnya memahami dan menghadapi pola-pola dimasa lalu, agar dapat menghindari pengulangan tingkah laku tertentu dalam hubungan antarpribadi.
•    Pendekatan ini menggunakan genogram dalam memplot hubungan riwayat, yang merupakan alat spesifik yang asalnya dari pendekatan Bowen. Sekarang alat ini telah menjadi instrument yang digunakan oleh banyak pendekatan lain.
•    Penekanan kognitif pada pendekatan ini dan fokusnya pada pembedaan diri dan detriangulasi, juga merupkan hal yang unik.
-    Keterbatasan :
•    Pendekatan ini kompleks dan ekstensif. Teorinya tidak dapat dipisahkan dari terapi, dan jalinan tersebut membuat pendekatan ini lebih mempunyai keterlibatan daripada kebanyakan pendekatan terapi lainnya.
•    Klien yang dapat memetik keuntungan paling banyak dari teori Bowen adalah yang mempunyai disfungsi berat atau pembedaan diri yang rendah.
•    Pendekatan ini membutuhkan investasi cukup besar pada berbagai tingkatan, yang mungkin sebagian klien tidak mau atau tidak bisa melakukannya.


J.    Konseling Strategis (Singkat)
-    Penemu/ pengembang : konseling berfokus  solusi umumnya dikenal sebagai terapi singkat berfokus solusi (SFBT), adalah suatu fenomena amerika utara, yang diciptakan tahun 1980-an oleh Steve deSharzer dan Bill O`Hanlon. Keduanya dipengaruhi oleh Milton Erikson, pencipta terapi singkat ditahun 1940-an.
-    Sudut pandang tentang sifat manusia : ia memiliki pandangan komprehensif terhadap sifat manusia, terapi ini berfokus pada kekuatan dan kesehatan klien. Erickson menyatakan bahwa manusia mempunyai sumber daya dan kemampuan yang ada didalam dirinya untuk memecahkan masalahnya sendiri, meskipun mereka tidak memiliki pemahaman mendasar mengenai diri mereka.
-    Peranan konselor : peran utama konselor berfokus solusi adalah menentukan seberapa besar komitmen dan keaktifan untuk menjalani proses perubahan. Klien biasanya digolongkan dalam tiga kategori.
•    Pengunjung, yang tidak terlibat dalam permasalahan dan bukan bagian dari solusi,
•    Tukang komplain, seseorang yang senang mengeluh mengenai suatu situasi tetapi dapat menjadi pengamat dan penjelas masalah, meski mereka tidak membantu dalam memecahkan masalah tersebut,
•    Pelanggan, yang tidak hanya mampu menggambarkan masalah dan bagaiman mereka terlibat didalamnya, tetapi berkemauan untuk bekerja menemukan solusi.
Sebagai penentu komitmen, konselor berfokus solusi bertindak sebagai fasilitator perubahan untuk membantu klien “mengakses sumber daya dan kekuatan yang telah dia miliki, tetapi tidak disadari atau tidak digunakan”. Pada dasarnya konselor membiarkan klien menjadi ahli menghadapi kehidupannya.
-    Tujuan : tujuan utama ini adalah membantu klien mengenal sumber daya dalam dirinya dan menyadari pengecualian di dalam dirinya pada saat dia bermasalah. Kemudian mengarahkan klien pada solusi terhadap situasi yang telah ada dalam pengecualian tersebut.
-    Teknik : pertanyaan keajaiban, mengukur, pujian, petunjuk dan kunci tengkorak.
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    Pendekatan ini menekankan pada singkatan waktu konseling dan pemberdayaan keluarga klien
•    Pendekatan ini fleksibel dan mempunyai banyak riset yang membuktikan ke efektifannya.
•    Pendekatan ini positif sifatnya untuk digunakan dengan klien yang berbeda-beda.
•    Pendekatan ini difokuskan pada perubahan dan dasar pemikran yang menekankan perubahan kecil pada tingkah laku.
•    Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan pendekatan konseling lainnya, seperti eksistensialisme misalnya
-    Keterbatasan :
•    Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan riwayat klien
•    Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan
•    Pendekatan ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi, sehingga membuat perawatan ini mahal.

K.    Konseling Krisis
-    Penemu/ pengembang : Erich Lindemann dan Gerald Caplan dipandang sebagai dua pionir yang paling dikenal dalam bidang konseling krisis. Lindemann membantu tenaga profesional untuk mengenali kesedihan normal akibat kehilangan dan tahap-tahap yang dilalui seseorang dalam memecahkan kesedihan tersebut.
-    Sudut pandang tentang sifat manusia : iya berpendapat bahwa manusia sehat tumbuh dan melanjutkan kehidupannya, meninggalkan sesuatu dibelakang baik secara sengaja, tidak sengaja, atau karena pertumuhan. Saat meninggalkan sesuatu mungkin ada rasa sedih, suatu reaksi alami terhadap kehilangan. Manusia dapat mengalami berbagaimacam krisis, empat tipe yang paling umum adalah 1. Perkembangan, 2.situasional, 3. Eksistensial, 4.ekosistemik.
-    Tujuan: tujuan dari konseling krisis berkisar pada memberikan bantuan segera dan dalam berbagai bentuk kepada orang yang membutuhkan (misal; psikologis, keuangan, hukum).
-    Peranan konselor: konselor yang bekerja pada kondisi krisis harus merupakan individu yang matang kepribadiannya, serta mempunyai banyak pengalaman kehidupan yang telah dia hadapi dengan sukses. Dia juga harus mempunyai keahlian dasar untuk member bantuan, berenergi tinggi, mempunyai refleks mental yang cepat, tetapi juga seimbang, kalem, dan fleksibel dalam menghadapi situasi yang sulit. Konselor seringkali terarah dan aktif dalam situasi krisis. Perannya cukup berbeda dari konseling biasa.
-    Teknik :
Setelah penilaian, ada tiga aktivitas mendengarkan yang esensial, yang harus diterapkan:
1.    Mendefinisikan masalah, khususnya dari sudut pandang klien
2.    Memastikan keselamatan klien, yang artinya meminimalkan bahaya psikologis dan fisik pada klien atau orang lain
3.    Menyediakan dukungan, artinya berkomunikasi dengan klien secara tulus, dan peduli tanpa pamrih
Setelah, dan kadang-kadang selama, pertengahan mendengarkan tersebut digunakan strategi bertindak yang melibatkan:
1.    Memeriksa alternative lain (misalnya, mengenali alternative yang dapat digunakan dan menyadari adanya beberapa pilihan yang lebih baik)
2.    Membuat rencana, membuat klien merasa mempunyai kendali dan otonomi didalam proses yang sedang berjalan, sehingga mereka menjadi mandiri
3.    Mendapatkan komitmen dari klien untuk mengambil tindakan yang telah direncanakan.
Jika memungkinkan, konselor harus menindak lanjuti dengan klien untuk memastikan mereka dapat menyelesaikan rencana tersebut dan menilai lebih lanjut apakah mereka mengalami reaksi tertunda atas krisis yang mereka alami, seperti stress pascatrauma. Pendekatan ini berevolusi melalui menekanan pada perkenalan, fakta, pikiran, reaksi, simtom, pengajaran, dan pemasukan kembali.
-    Kekuatan dan kontribusi :
•    Pendekatan ini memberikan keuntungan karena singkat dan langsung
•    Pendekatan ini menggunakan tujuan dan maksud yang sederhana karena sifat krisis yang tiba-tiba dan atau traumatis.
•    Pendekatan ini bergantung pada intensitas, yang lebih besar dari pada bentuk konseling biasa
•    Pendekatan ini sifatnya lebih transisional.
-    Keterbatasan :
•    Pendekatan ini berhadapan dengan situasi yang harus ditangani dengan cepat
•    Pendekatan ini tidak member resolusi sedalam seperti yang dilakukan pendekatan konseling lainnya
•    Pendekatan ini lebih terbatas waktu dan berorientasi pada trauma disbanding kebanyakan bentuk intervensi terapi lainnya.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar