Sabtu, 17 November 2012

manajemen klasik

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.. Teori Manajemen Klasik pertama kali diperkenalkan oleh Frederick  W. Taylor. Pada hakekatnya teori manajemen klasik menekankan pada pentingnya pendekatan proses dan produksi.

Para teoritis klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan penggunaaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk merubah organisasi-organisasi agar beroperasi lebih efisien. Teori klasik memberikan petunjuk “mekanistik” struktural yang kaku, bukan kreativitas.

Begitu pula dengan seorang konselor, konselor harus melakukan manajemen dengan disiplin dan supervisi yang ketat supaya menjadi terkordinasi dengan baik. Dengan penggunaan mekanisme yang terstruktur diharapkan kinerja konselor akan lebih jelas dan terarah. Oleh karena itu konselor perlu mempelajari teori manajemen klasik.
 
1.2    Rumusan Masalah
    Dalam makalah ini, masalah yang akan dibahas berhubungan dengan teori manajemen klasik agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih dalam tentang tema yang diambil makan penulis akan menekankan pada tiga pokok permasalahan :
1.2.1 Siapakah yang mempelopori teori manajemen klasik ?
1.2.2 Apa saja pokok teori manajeman kalasik ?
1.2.3 Apa saja kelebihan dan keterbatasan teori manajemen klasik ?
1.2.4 Bagaimana penerapan teori manajemen klasik dalam bimbingan dan konseling ?

1.3    Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah yang penulis lakukan adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui Teori Manajemen Klasik
1.3.2 Untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen bimbingan dan konseling

1.4    Manfaat Pembuatan Makalah
    Dari pembuatan makalah ini dapat diambil manfaat yaitu, mahasiswa pascasarjana BK Unnes lebih memahami tentang teori manajemen klasik.


















BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Pelopor Ilmu Manajemen Klasik
Berikut ini para tokoh yang sangat besar jasanya dalam meletakkan dasar-dasar manajemen sebagai ilmu.
1.    Frederick  W. Taylor (1856-1915)
Taylor ialah orang pertama yang mengembangkan manajemen ilmiah. Ia seorang ahli mesin yang memulai perkerjaannya di pabrik baja Midvale Steel Company Philadelphia (USA) sebagai perkerja biasa selama enam tahun Pada tahun 1886, ia meneliti usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja berdasarkan waktu dan gerak. Ia berpendapat bahwa efisiensi perusahaan rendah karena banyak waktu dan gerak-gerak buruh yang tidak produktif. Hasil penelitiannya disajikan di depan kongres Sarjana Teknik Amerika, kemudian di tulis dalam bukunya yang berjudul, The Principles of Scientific Management. Begitu pentingnya buku tersebut bagi para buruh dan manajer maka pada tahun 1911 diterbitkan oleh sebuah penerbit. Semenjak itu, Taylor dikenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah.
2.    Henry Fayol (1841-1925)
Fayol menjadi manajer utama di pabrik tambang dan metalurgi yang sangat terkenal di Eropa. Fayol yakin bahwa kesuksesannya merupakan keterampilan mengembangakan pengalaman dan inropeksi. Ia mengarang buku "General and Industrial management". Pada tahun 1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh dalam bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen yang tepat.

3.    Max Weber (1864-1920)
Konsep model birokrasi berasal dari Sosiolog Jerman Max Weber, yang banyak menghasilkan karya tulis pada tahun 1900-1920 yang kemudian terkenal sebagai Bapak Birokrasi. Teori Birokasi ini muncul sekitar Perang Dunia I di mana sering terjadi pertentangan antar buruh. Istilah birokrasi berasal dari bahasa prancis, bureau yang berarti meja. Pengertian meja ini berkembang menjadi kekuasaan yang diwenangkan di meja-meja kantor.

2.2    Pokok Teori Manajemen Klasik
Teori dan prinsip manajemen pada dasarnya sudah ada sejak manusia berusaha untuk mencapai tujuan melalui bekerjasama dalam kelompok. Hal seperti ini dapat dijumpai pada catatan dari orang Mesir, Yunani, Baghdad, pengalaman dan administrasi dari organisasi militer dan para komeralis dari abad ke 14 sampai abad ke 18 yang kita sebut dengan manajemen jaman kuno.

Akan tetapi pengembangan teori dan prinsip manajemen baru terjadi pada abad ke 18 dan abad ke 19 yaitu dengan timbulnya Revolusi Industri yang menyebabkan tumbuhnya kebutuhan akan adanya pendekatan yang sistematik terhadap manajemen.
Teori manajemen klasik beranggapan bahwa manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Oleh karena itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktural atau anatomi organisasi. Teori manajemen klasik terbagi menjadi dua, yakni teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. Salah satu teori klasik adalah manajemen ilmiah yang dipelopori Federik W. Taylor. Taylor terkenal sebagai bapak manajemen ilmiah karena hasil penelitiannya yang telah dibukukan tentang usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja berdasarkan waktu dan gerak pada tahun 1886, dijadikan sebagai pegangan penting bagi para pekerja.
Selain itu, Taylor telah memberikan prinsip-prinsip penerapan pendekatan ilmiah dalam manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai efisiensi dan keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia dalam bekerja harus diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Peran supervisor harus diterapkan dengan maksimal. Sasaran pada pendekatan ini adalah kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawan.
Secara umum, kita memandang bahwa gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori Taylor diarahkan pada pencapaian produktivitas kerja yang tinggi, keuntungan yang lebih besar, biaya murah, dan sistem pengawasan mesin-manusia yang lebih efektif.
Pelopor teori manajemen klasik yang lain yaitu Henri Fayol yang lebih dikenal dengan teorinya organisasi klasik, yang menyatakan ada 5 pedoman manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkoordinasian, dan pengawasan. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol:1) kesatuan komando, 2) wewenang harus didelegasikan, 3) inisiatif harus dimiliki seorang manajer, 4) adanya solidaritas kelompok. Prinsip-prinsip tersebut harus bersifat luwes. Selain itu, Fayol juga mengetengahkan empat belas prinsip administrasi yang sangat terkenal, yakni :
1.    Pembagian kerja (Dvision of Labor), yaitu semakin mengkhusus manusia dalam pekerjaannya, semakin efisien kerjanya, seperti terdapat pada ban berjalan.
2.    Otoritas dan tanggung jawab (Authority and Responsibility) diperoleh melalui perintah dan untuk dapat memberi perintah haruslah dengan wewenang formal. Walaupun demikian wewenang pribadi dapat memaksa kepatuhan orang lain.
3.    Disiplin (Discipline), dalam arti kepatuhan anggota organisasi terhadap aturan dan kesempatan. Kepemimpinan yang baik berperan penting bagi kepatuhan ini dan juga kesepakatan yang ada, seperti penghargaan terhadap prestasi serta penerapan sangsi hukum secara adil terhadap yang menyimpang.
4.    Kesatuan komando (Unity of Command), yang berarti setiap karyawan hanya menerima perintah kerja dari satu orang dan apabila perintah itu datangnya dari dua orang atasan atau lebih akan timbul pertentangan perintah dan kerancuan wewenang yang harus dipatuhi.
5.    Kesatuan pengarahan (Unity of Direction), dalam arti sekelompok kegiatan yang mempunyai tujuan yang sama yang harus dipimpin oleh seorang manajer dengan satu rencana kerja.
6.    Menomorduakan kepentingan perorangan terhadap terhadap kepentingan umum (Subordination of Individual interest to general interes), yaitu kepentingan perorangan dikalahkan terhadap kepentingan organisasi sebagai satu keseluruhan.
7.    Renumerasi Personil (Renumeration of Personnel), dalam arti imbalan yang adil bagi karyawan dan pengusaha.
8.    Sentralsiasi (Centralisation), dalam arti bahwa tanggung jawab akhir terletak pada atasan dengan tetap memberi wewenang memutuskan kepada bawahan sesuai kebutuhan, sehingga kemungkinan adanya desentralisasi.
9.    Rantai Skalar (Scalar Chain), dalam arti adanya garis kewenangan yang tersusun dari tingkat atas sampai ke tingkat terendah seperti tergambar pada bagan organisasi.
10.    Tata-tertib (Order), dalam arti terbitnya penempatan barang dan orang pada  tempat dan waktu yang tepat.
11.    Keadilan (Equity), yaitu adanya sikap persaudaraan keadilan para manajern terhadap bawahannya.
12.    Stabilitas masa jabatan (Stability of Penure of Personal) dalam arti tidak banyak pergantian karyawan yang keluar masuk organisasi.
13.    Inisiatif (Initiative), dengan memberi kebebasan kepada bawahan untuk berprakarsa dalam menyelesaikan pekerjaannya walaupun akan terjadi kesalahan-kesalahan.
14.    Semangat Korps (Esprit de Corps), dalam arti meningkatkan semangat berkelompok dan bersatu dengan lebih banyak.
Tokoh teori manajemen klasik berikutnya yakni Max Weber. Weber memandang dunia, khususnya masyarakat, secara sekular dan rasional. Di dalam membangun dan mengoperasikan suatu lembaga manusia yang terlibat di dalamnya, cenderung mendasarkan tindakannya pada pengetahuan, pengambilan keputusan rasional. Dia memandang birokrasi yang ada di organisasi merupakan alat yang sangat efisien dalam mengoperasikan organisasi-organisasi yang berskala besar, baik swasta maupun milik pemerintah.
Ciri-ciri pokok birokrasi ini adalah :
1.    Pembagian kerja yang tegas dan spesialisasi yang tinggi. Setiap biro yang ada di bawah berada di bawah kontrol yang lebih tinggi (hierarkis).
2.    Sistem pemerintahan diadministrasikan secara obyektif.
3.    Penempatan tenaga kerja, penugasannya didasarkan pada kualifikasi, bukan pada hubungan sanak famili atau favoritas.
4.    Adanya keamanan kerja bagi bawahan, dan
5.    Penggunaan catatan, dokumen, dan arsip-arsip secara ekstensif.
2.3    Kelebihan dan Keterbatasan Teori Manajemen Klasik
2.3.1    Kelebihan atau sumbangan teori manajemen klasik
Adapun kelebihan didalam teori manajemen klasik yaitu :
1.    Memberikan kontribusi mengenai pembentukan organisasi secara birokrasi atas dasar hierarki yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh ornanisasi-organisasi modern.
2.    Memberikan anatomi organisasi formal dengan empat unsur pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
a.    Sistem kegiatan yang terkoordinasi.
b.    Kelompok orang.
c.    Kerjasama.
d.    Kekuasaan dan kepemimpinan.
3.    Memberikan tiang dasar penting dalam organisasi formal yaitu:
a.    Pembagian kerja (untuk koordinasi).
b.    Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal).
c.    Struktur (hubungan antar kegiatan).
d.    Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).
4.    Adanya prinsif pembidangan tugas yang jelas (jurisdictional areas), umumnya diatur oleh hukum/peraturan-peraturan administrasi, yaitu:
a.    Adanya pembagian tugas yang jelas bagi apparatus birokrasi.
b.    Adanya pendelegasian wewenang.
c.    Setiap tugas yang dilaksanakan menuntut keahlian/keterampilan (spesialisasi).    Sehingga orang yang dapat diangkat menjadi aparat birokrasi adalah mereka yang mempunyai keahlian (kualifikasi).
5.    Memperhatikan adanya “rantai perintah” dan penggunaaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk merubah organisasi-organisasi agar beroperasi lebih efisien.

2.3.2    Keterbatasan Teori Manajemen Klasik
Adapun keterbatasan didalam teori manajemen klasik yaitu :
1.    Menganggap manusia sebagai mesin yaitu manusia akan terus menerus bekerja keras dan memaksakan dirinya seperti robot jika diberi imbalan yang lebih. Padahal kenyataanya tidak begitu, manusia mempunyai perasaan cinta, rindu, sakit, dan sebagainya yang walaupun di beri imbalan pada saat tertentu mereka menolaknya
2.    Teori ini juga beranggapan bahwa jika pekerjaan seseorang semakin dispesialisasi, maka produktifitas mereka akan semakin bagus dan banyak (tinggi). Namun pada kenyataannya terdapat titik jenuh yang menurunkan produktifitas dari spesialisasi kerja manusia tersebut karena manusia mempunyai rasa bosan dan jenuh.
3.    Merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan formalitas.
4.    Merupakan rutinitas yang membosankan padahal manusia mempunyai titik jenuh atau bosan terhadap suatu pekerjaan yan diulang terus-menerus secara monoton.
5.    Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi hal ini disebabkan karena adanya sistem birokrasi yang panjang.
6.    Terlalu banyak aturan yang berbelit-belit .
7.    Kecenderungan menjadi orwelian, yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan) bukan mengendalikan urusan.
2.4    Penerapan Teori Manajemen Klasik Dalam Bimbingan dan Konseling
Penerapan Teori manajemen klasik dalam bimbingan dan konseling dikaitkan dengan program supervisi bimbingan dan koseling  yakni usaha untuk mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan konselor secara berkesinambungan baik secara individual mampun secara kelompok supaya dapat memahami dan memberikan layanan secara efektif. Kegiatan supervisi tersebut seperti pengawasan terhadap layanan bimbingan dan konseling yakni mutu layanan sebagai proses memfasilitasi perkembangan siswa dalam aspek akademik. Selanjutnya melakukan pengawasan terhadap aspek manajemen program bimbingan dan konseling supaya siswa mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yang bermutu dari konselor. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan terhadap konselornya sehingga terciptanya kondisi yang suportif untuk konselor yang bertujuan agar konselor mau belajar terus menerus untuk menyempurnakan kinerja profesionalnya.


BAB III
PENUTUP


3.1    Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Teori manajemen klasik terbagi menjadi dua, yakni teori manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. Tokoh sentral dari teori manajemen ilmiah adalah Frederick  W. Taylor sedangkan tokoh sentral dari teori organisasi klasik adalah Henry Fayol.
2.    Teori manajemen ilmiah berasumsi bahwa manusia dalam bekerja harus diawasi oleh supervisor secara efektif dan efisien. Peran supervisor harus diterapkan dengan maksimal. Sasaran pada pendekatan ini adalah kemakmuran bagi pengusaha dan karyawan. Dan teori organisasi klasik telah berhasil membuat manajemen menjadi sistematik. Teori ini berasumsi bahwa praktek manajemen mempunyai pola tertentu yang dapat diidentifikasi dan di analisis. Dari pemahaman dasar tersebut akan membantu dalam membuat rancangan untuk doktrin menajamen yang kompak.
3.    Teori manajemen klasik beranggapan bahwa manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Oleh karena itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktural atau anatomi organisasi.

3.2    Saran
Pengetahuan teori manajemen klasik merupakan hal yang penting. Harapan kami, setelah membahas tentang teori manajemen klasik tersebut, kita dapat mengembangkankan melalui pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sehingga pada akhirnya konselor mampu membantu konseli secara optimal mencapai perkembangan yang optimal



























DAFTAR PUSTAKA


Husaini Usman. 2009.  Manajemen Teori,Praktik,dan Riset Pendidikan Edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar