Selasa, 16 April 2013

validitas dan realibilitas



VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Tugas Mata Kuliah: Testing Dalam Konseling
Dosen Pengampu: Dr. Edy Purwanto, M. Si.







Oleh
M. Andi Setiawan
0105512017





PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013


VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Dalam penelitian, maka data yang berasal dari lapangan yang berupa instrumen biasanya digunakan oleh peneliti dalam mengambil data yang dibutuhkan dari lapangan. Intrumen tersebut haruslah layak digunakan untuk mengambil data di lapanganvalid dan reliabel sehingga instruen tesebut bisa dikatakan layak atau baik untuk pengambilan data di lapangan. Instrumen dapat dianalogikan sebagai ujung tombak untuk membidik data dalam sebuah penelitian. Melalui instrumenlah akhirnya terkumpul data yang nantinya diolah menjadi sebuah informasi hasil penelitian. Maka dari itu, perlu kiranya memilih dan merumuskan instrumen secara tepat. Hal ini sejalan dengan ungkapan “garbage tool garbage result”.  Jadi, pada dasarnya salah satu hal yang mempengaruhi hasil penelitian terletak pada instrumennya. Semakin baik konstruksi sebuah instrumen, maka semakin baik pula data yang berhasil dijaring, begitu pula sebaliknya. Di sinilah pentingnya masalah reliabilitas dan validitas pengukuran.
1.             Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukut yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Validitas adalah aspek kecermatan pengukutan. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subyek yang satu dengan yang lain.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan spesifik. Dengan demikian, jelaslah mengapa suatu alat ukur yang dikatakan sebagai valid guna pengambilan suatu keputusan dapat saja sangat tidak berguna dalam pengambilan keputusan lain dan bagi kelompok subyek yang lain. Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur.
Beberapa karakteristik dari validitas:
a.         Validitas sebenarnya menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya. Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut benar-benar mengukut aspek atau segi yang akan diukur.
b.        Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak valid.
c.         Validitas instrumen juga memilii spesifikasi tidak berlaku umum. Suatu tes matematika menunjukkan validitas tinggi untuk menghitung keterampilan menghitung, tetapi hanya sedang dalam mengukur kemampuan berpikir matematis, bahkan rendah dalam memprediksi keberhasilan dalam matematika untuk yang akan datang.
Scarvia B. Anderson (dalam Arikutno, 2009: 64) menyebutkan: “A test is valid if measures what it purpose to measue” yang artinya Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas tes.
a.             Macam-macam Validitas
Secara garus besar, ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.berikut ini penjelasannya.


1)             Validitas Logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian, maka validitas logis untuk sebuah instrumen menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut, kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selelsai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi dan validitas konstrak (construct validity). Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi, dan validitas konstrak sebuah instrumen menunuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak – aspek-aspek kejiwaan – yang seharusnya dievaluasi.
2)             Validitas Empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Mendasarkan pada hal tersebut dapat diketahui baha validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada dua macam validitas empiris, yakni concurrent validity dan predictive validity.
Dari dua validitas diatas ada dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua macam, dan validitas empiris, yang juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu:
a)         Validitas isi (content validity), berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur.
b)        Validitas konstruk (construct validity), berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen. Validitas tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir.
c)         Validitas “ada sekarang” (concurrent validity), yang dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris, jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.
d)        Validitas prediksi (predictive validity). Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang, jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan, apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
2.             Reliabilitas
a.             Pengertian Reliabilitas
Sejalan dengan uraian di atas, Suryabrata (2000:29) menyatakan bahwa reliabilitas alat ukur menunjuk pada sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh para subyek yang diukur dengan alat ukur yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa hali hasilnya sama atau relatif sama. Minilai ada metode untuk menguji reliabilitas suatu instrumen, pertama metode Tes – Retes, dan kedua metode Paruh. Dalam metode Tes – Retes pengujian (uji coba) dilakukan dua atau tiga kali terhadap sampel yang sama. Hasilnya dihitung dengan uji korelasimenggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Bila korelasi atau r-nya signifikan, maka instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan bisa digunakan untk pengukuran selanjutanya. Dalam metode Paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu kali, skor dari nomor-nomro butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan skor tes dari butir-butir soal genap. Penafsirannya sama dengan Tes – Retes.
Sehubungan dengan reliaibilitas ini, Scarvia B. Anderson (dalam Arikunto, Suharsimi 2009: 87) menyatakan bahwa persyartan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting dak reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validita. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid, sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
Estimasi reliabilitas tes psikologis dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu : (1) pendekatan tes ulang (retes), (2) pendekatan dengan tes paralel, dan (3) pendekatan satu kali pengukuran yang disebut teknik belah dua.
a.             Pendekatan Tes Ulang (Retes)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara satu perangkat tes psikologis diberikan kepada sekelompok subyek dua kali, dengan selang waktu tertentu, misalnya tiga minggu. Situasi testing pertama dengan testing kedua harus betul-betul sama, untuk menghindari adanya pengaruh faktor lain. Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi skor testing pertama dengan skor testing kedua, jadi rt-1=rt-2.
Secara teoritik, pendekatan ini nampaknya baik, namun di dalam praktik banyak mengalami kelemahan, seperti kondisi subyek pada testing kedua tidak lagi sama dengan kondisi subyek pada testing pertama karena terjadi proses belajar dalam selang waktu testing pertama dengan testing kedua, kemungkinan lain adalah adanya perubahan pengalaman, motivasi, dan sebagainya.
b.             Pendekatan dengan Tes Paralel
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuat tes paralel yaitu tes A dan tes B (keduanya dirancang bentuk paralel). Kedua tes tersebut diberikan kepada sekelompok subyek, lalu hasilnya dikorelasikan, jadi rt-A = rt-B. Suatu tes dinyatakan reliabel bila diperoleh koefisien korelasi yang signifikan antara skor hasil tes A dengan skor hasil tes. Kelemahan reliabilitas ini terletak pada sulitnya membuat dua tes yang paralel.
c.              Pendekatan Satu Kali Pengukuran
Pendekatan satu kali pengukuran disebut pendekatan belah dua, yaitu seperangkat tes diberikan kepada sekelompok subyek satu kali, lalu skor tes tesebut dibelah menjadi dua bagian, misalnya belahan ganjil genap artinya skor tes bernomor ganjil dijadikan belahan pertama, dan skor tes bernomor genap menjadi belahan kedua. Koefisien reliabilitas ditunjukkan pada signifikansi korelasi dua belahan skor tes bernomor ganjil dan skor tes bernomor genap, setelah koefisien korelasi tersebut dikoreksi dengan rumus Spearman Brown.
Berbagai teknik estimasi reliabilitas
1)        Teknik Belah Dua
suatu tes diberikan kepada sekelompok subjek satu kali. lalu skor perolehan dibelah menjadi dua bagian yang setara. cara untuk membuat agar kedua bagian itu setara biasanya soal-soal yang bernomor gasal dijadikan satu kelompok, dan yang bernomor genap dijadikan kelompok yang lain. estimasi realibilitas dicari dengan menghitung korelasi skor pada belahan pertama dengan skor pada belahan kedua. spearman dan Brown mengusulkan rumus
2)        Rumus Rulon
rumus rulon digunakan jika kedua belahan tes itu tidak setara sehingga tidak dapat melakukan estimasi realibilitas dengan menggunakan  teknik belah dua. 
3)        Rumus Flanagan
flanagan menganggap bahwa varian-varian pada perangkat-perangkat belahan tes yang merupakan varian kekeliruan pengukuran.   
4)        Teknik Kr 20
kuder dan richardso (1973) mengajukan rumus-rumus yang kemudian populer dengan nama KR 20 dan KR 21.
5)        Teknik Kr 21
Rumus KR 21 hanya sedikit berbeda dari rumus KR 20
6)        Teknik analisis Varian
7)        koefisien alpha

2 komentar: