VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Tugas Mata Kuliah: Testing Dalam
Konseling
Dosen Pengampu: Dr. Edy Purwanto,
M. Si.
Oleh
M. Andi Setiawan
0105512017
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Dalam penelitian, maka data yang
berasal dari lapangan yang berupa instrumen biasanya digunakan oleh peneliti
dalam mengambil data yang dibutuhkan dari lapangan. Intrumen tersebut haruslah
layak digunakan untuk mengambil data di lapanganvalid dan reliabel sehingga
instruen tesebut bisa dikatakan layak atau baik untuk pengambilan data di
lapangan. Instrumen dapat dianalogikan sebagai ujung tombak untuk membidik data
dalam sebuah penelitian. Melalui instrumenlah akhirnya terkumpul data yang
nantinya diolah menjadi sebuah informasi hasil penelitian. Maka dari itu, perlu
kiranya memilih dan merumuskan instrumen secara tepat. Hal ini sejalan dengan
ungkapan “garbage tool garbage result”. Jadi,
pada dasarnya salah satu hal yang mempengaruhi hasil penelitian terletak pada
instrumennya. Semakin baik konstruksi sebuah instrumen, maka semakin baik pula
data yang berhasil dijaring, begitu pula sebaliknya. Di sinilah pentingnya
masalah reliabilitas dan validitas pengukuran.
1.
Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukut
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai
tes yang memiliki validitas rendah.
Validitas adalah aspek kecermatan
pengukutan. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data
dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai
data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran
mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subyek yang satu dengan yang
lain.
Sebagaimana telah dikemukakan di
atas, pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan
pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku secara umum untuk
semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang
valid untuk satu tujuan spesifik. Dengan demikian, jelaslah mengapa suatu alat
ukur yang dikatakan sebagai valid guna pengambilan suatu keputusan dapat saja
sangat tidak berguna dalam pengambilan keputusan lain dan bagi kelompok subyek
yang lain. Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran
menggambarkan segi atau aspek yang diukur.
Beberapa karakteristik dari
validitas:
a.
Validitas sebenarnya menunjuk kepada
hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya. Suatu
instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrumen tersebut
benar-benar mengukut aspek atau segi yang akan diukur.
b.
Validitas menunjukkan suatu derajat atau
tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak
valid.
c.
Validitas instrumen juga memilii spesifikasi
tidak berlaku umum. Suatu tes matematika menunjukkan validitas tinggi untuk
menghitung keterampilan menghitung, tetapi hanya sedang dalam mengukur
kemampuan berpikir matematis, bahkan rendah dalam memprediksi keberhasilan
dalam matematika untuk yang akan datang.
Scarvia B. Anderson (dalam
Arikutno, 2009: 64) menyebutkan: “A test
is valid if measures what it purpose to measue” yang artinya Sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas
sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal
yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical
validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah
yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas tes.
a.
Macam-macam
Validitas
Secara garus besar, ada dua macam
validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.berikut ini
penjelasannya.
1)
Validitas Logis
Istilah “validitas logis”
mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran.
Dengan makna demikian, maka validitas logis untuk sebuah instrumen menunjuk
pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan
hasil penalaran. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka instrumen yang sudah
disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Dari
penjelasan tersebut, kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai
apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung
diperoleh sesudah instrumen tersebut selelsai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang
dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi dan validitas
konstrak (construct validity).
Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen
yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi, dan validitas
konstrak sebuah instrumen menunuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun
berdasarkan konstrak – aspek-aspek kejiwaan – yang seharusnya dievaluasi.
2)
Validitas Empiris
Istilah “validitas empiris” memuat
kata “empiris” yang artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan
memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Mendasarkan
pada hal tersebut dapat diketahui baha validitas empiris tidak dapat diperoleh
hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas
logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada dua macam validitas
empiris, yakni concurrent validity dan predictive validity.
Dari dua validitas diatas ada dua
jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua macam, dan validitas
empiris, yang juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya
empat validitas, yaitu:
a)
Validitas isi (content validity), berkenaan dengan isi dan format dari instrumen.
Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur.
b)
Validitas konstruk (construct validity), berkenaan dengan konstruk atau struktur dan
karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen. Validitas tes
dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun
tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir.
c)
Validitas “ada sekarang” (concurrent validity), yang dikenal
dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris, jika
hasilnya sesuai dengan pengalaman.
d)
Validitas prediksi (predictive validity). Memprediksi artinya meramal, dengan meramal
selalu mengenai hal yang akan datang, jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes
dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan, apabila mempunyai
kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
2.
Reliabilitas
a.
Pengertian
Reliabilitas
Sejalan dengan uraian
di atas, Suryabrata (2000:29) menyatakan bahwa reliabilitas alat ukur menunjuk
pada sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan alat tersebut dapat
dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang
diperoleh para subyek yang diukur dengan alat ukur yang sama, atau diukur
dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda
Reliabilitas berhubungan dengan
masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian
reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, atau
seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak
berarti.
Reliabilitas berkenaan dengan
tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki
tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur
aspek yang diukur beberapa hali hasilnya sama atau relatif sama. Minilai ada
metode untuk menguji reliabilitas suatu instrumen, pertama metode Tes – Retes,
dan kedua metode Paruh. Dalam metode Tes – Retes pengujian (uji coba) dilakukan
dua atau tiga kali terhadap sampel yang sama. Hasilnya dihitung dengan uji
korelasimenggunakan rumus Product Moment
dari Pearson. Bila korelasi atau r-nya signifikan, maka instrumen tersebut
memiliki reliabilitas yang memadai dan bisa digunakan untk pengukuran
selanjutanya. Dalam metode Paruh, pengukuran uji coba hanya dilakukan satu
kali, skor dari nomor-nomro butir pertanyaan (soal) ganjil dikorelasikan dengan
skor tes dari butir-butir soal genap. Penafsirannya sama dengan Tes – Retes.
Sehubungan dengan reliaibilitas
ini, Scarvia B. Anderson (dalam Arikunto, Suharsimi 2009: 87) menyatakan bahwa
persyartan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Dalam hal
ini validitas lebih penting dak reliabilitas ini perlu, karena menyokong
terbentuknya validita. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid,
sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
Estimasi reliabilitas
tes psikologis dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga pendekatan, yaitu : (1) pendekatan tes ulang (retes), (2)
pendekatan dengan tes paralel, dan (3) pendekatan satu kali pengukuran yang
disebut teknik belah dua.
a.
Pendekatan Tes Ulang
(Retes)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara
satu perangkat tes psikologis diberikan kepada sekelompok subyek dua kali,
dengan selang waktu tertentu, misalnya tiga minggu. Situasi testing pertama
dengan testing kedua harus betul-betul sama, untuk menghindari adanya pengaruh
faktor lain. Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi skor testing
pertama dengan skor testing kedua, jadi rt-1=rt-2.
Secara teoritik, pendekatan ini
nampaknya baik, namun di dalam praktik banyak mengalami kelemahan, seperti
kondisi subyek pada testing kedua tidak lagi sama dengan kondisi subyek pada
testing pertama karena terjadi proses belajar dalam selang waktu
testing pertama dengan testing kedua, kemungkinan lain adalah adanya perubahan
pengalaman, motivasi, dan sebagainya.
b.
Pendekatan dengan Tes
Paralel
Pendekatan ini dilakukan dengan cara
membuat tes paralel yaitu tes A dan tes B (keduanya dirancang bentuk paralel). Kedua tes tersebut diberikan kepada sekelompok
subyek, lalu hasilnya dikorelasikan, jadi rt-A = rt-B. Suatu tes dinyatakan
reliabel bila diperoleh koefisien korelasi yang signifikan antara skor hasil
tes A dengan skor hasil tes. Kelemahan
reliabilitas ini terletak pada sulitnya membuat dua tes yang paralel.
c.
Pendekatan Satu Kali
Pengukuran
Pendekatan satu kali pengukuran disebut
pendekatan belah dua, yaitu seperangkat tes diberikan kepada sekelompok subyek
satu kali, lalu skor tes tesebut dibelah menjadi dua bagian, misalnya belahan
ganjil genap artinya skor tes bernomor ganjil dijadikan belahan pertama, dan
skor tes bernomor genap menjadi
belahan kedua. Koefisien reliabilitas ditunjukkan pada signifikansi korelasi
dua belahan skor tes bernomor ganjil dan skor tes bernomor genap, setelah
koefisien korelasi tersebut dikoreksi dengan rumus Spearman Brown.
Berbagai teknik estimasi reliabilitas
1)
Teknik Belah Dua
suatu
tes diberikan kepada sekelompok subjek satu kali. lalu skor perolehan dibelah
menjadi dua bagian yang setara. cara untuk membuat agar kedua bagian itu setara
biasanya soal-soal yang bernomor gasal dijadikan satu kelompok, dan yang
bernomor genap dijadikan kelompok yang lain. estimasi realibilitas dicari
dengan menghitung korelasi skor pada belahan pertama dengan skor pada belahan
kedua. spearman dan Brown mengusulkan rumus
2)
Rumus Rulon
rumus
rulon digunakan jika kedua belahan tes itu tidak setara sehingga tidak dapat
melakukan estimasi realibilitas dengan menggunakan teknik belah dua.
3)
Rumus Flanagan
flanagan
menganggap bahwa varian-varian pada perangkat-perangkat belahan tes yang
merupakan varian kekeliruan pengukuran.
4)
Teknik Kr 20
kuder
dan richardso (1973) mengajukan rumus-rumus yang kemudian populer dengan nama
KR 20 dan KR 21.
5)
Teknik Kr 21
Rumus
KR 21 hanya sedikit berbeda dari rumus KR 20
6)
Teknik analisis Varian
7)
koefisien alpha
Agen IDN Poker Online Terpercaya Indonesia
BalasHapusDaftar Situs Poker Online
Agen Poker Terbaik
Poker Online Indonesia
Poker Uang Asli
Situs Poker Online
FREE CHIP TANPA DEPOSIT
Freebet Terbaru
Free Chip 10.000
Olah Data Jujur
BalasHapusOlah Data Yang Jujur
Olah Data Semarang Merupakan Olah Data Yang Jujur
https://s.id/Jujur
Peneliti Boleh Saja Salah, Tapi Ia Tak Boleh Berbohong
Kualitas Suatu Penelitian Terletak Pada Integritas Dan
Standar Moral Penelitinya