BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Universitas
Negeri Semarang (UNNES) sebagai salah satu LPTK yang berfungsi menghasilkan
tenaga kependidikan berusaha meningkatkan mutu lulusan antara lain dengan
menjalankan kerja sama dengan berbagai pihak yang berkompeten, seperti
sekolah-sekolah sebagai upaya penerapan tenaga kependidikan yang profesional
dalam menjalankan pendidikan. Salah satu misal utamanya menyiapkan tenaga
terdidik untuk siap bertugas dalam bidang pendidikan, khususnya guru atau
tenaga pengajar.
Dengan
adanya penyiapan tenaga pendidik yang profesional, mahasiswa dilatih untuk
membentuk tenaga yang berkompeten sesuai dengan bidangnya khususnya Bimbingan
dan Konseling. Kegiatan yang dilakukan dalam hal ini yakni melakukan penelitian
terhadap Konselor di sekolah yang meliputi kegiatan wawancara, pengisian angket
serta observasi. Kegiatan ini ditujukan untuk menerapkan dan mengaplikasikan
teori yang diperoleh dalm perkuliahan khususnya mata kuliah Pemahaman Individu
I yang merupakan mata kuliah dasar dalam jurusan Bimbingan dan Konseling. Untuk
itu, melalui kegiatan ini kita diharapkan dapat mengetahui bagaimana
identifikasi kebutuhan konselor di sekolah-sekolah.
B. Tujuan
Kegiatan
ini bertujuan untuk melatih serta membentuk mahasiswa sebagai calon konselor
agar mampu mendidik berdasarkan kompetensi yang dimilikinya sebagai konselor
sekolah. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
konselor sekolah melaksanakan tugasnya, mengidentifikasikan kebutuhan siswa
serta melatih mahasiswa mengetahui tugas serta peran konselor di sekolah
melalui berbagai kebutuhan baik kebutuhan konselor sendiri maupun kebutuhan
siswa.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Observasi
Observer : Ismarini Bekti
Setiani (1301407012)
Observee : Endang Rumiarsih,
S.pd.(132197083)
Nama Sekolah : SMP N 2 Bukateja
Sehubungan dengan
observasi yang telah dilakukan pada hari Senin tanggal 19 Mei 2008 dapat dianalisis
hasil yang sudah diperoleh. Dari seluruh aspek yang telah di observasi,
konselor di sekolah tersebut sudah cukup baik dalam menjalankan tugasnya. Dari
aspek kehadiran dapat dikatakan baik karena kehadiran konselor lebih awal
sebelum jam sekolah dimulai yaitu sekitar jam 06.45 WIB. Kehadiran konselor
yang lebih awal tersebut dikarenakan mereka harus memantau kehadiran siswa di
sekolah dan mengecek kerapian siswa dalam berseragam sekolah. Penampilannya
juga sudah cukup baik yaitu rapi dan menarik untuk dilihat sehingga
penampilannya sudah mencerminkan sebagai seorang konselor. Selama pelajaran
berlangsung sampai akhir pelajaran, konselor sudah cukup baik dalam
melaksanakan tugasnya. Mereka
menyelesaikan masalah yang ada dengan
tindakan-tindakan yang sudah sewajarnya. Selain itu, mereka memberikan
berbagai layanan dalam BK dalam mengatasi masalah baik individual maupun
kelompok. Setelah pelajaran berakhir pun, mereka masih menjalankan tugasnya
yaitu untuk mengecek kehadiran siswa (dari awal sampai akhir pelajaran) dan
memantau siswa pada saat akan meninggalkan sekolah.
Observer : Mufarokhah
(1301407061)
Observee : Sugiyanto,
S.Pd.(150236337)
Nama Sekolah : MAN
Wonosobo
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2008 di MAN Wonosobo guru BK dating pada jam 06.30 WIB dan
berpenampilan rapi. Sebelum jam 07.00 WIB guru BK menyambut kedatangan siswa
dengan tradisi bersalaman beserta guru lain yang telah hadir. Selama pelajaran
berlangsung, Konselor masuk kelas dan memberikan pelayanan bimbingan dan pada
saat jam istirahat konselor keliling sekolah (jemput bola) dan setelah
pelajaran berakhir ia mengamati perkembangan sikap dan perilaku siswa.
Observer : Aldila Fitri R N
M (1301407081)
Observee : Retno Nurdiana,
S. Sos (GTT)
Nama Sekolah : SMA N 5 Purwokerto
Observasi ini
bertujuan agar mahasiswa mengetahui apa yang dilakukan konselor dalam
melaksanakan tugas di sekolah sehari-hari. Dari observasi yang telah dilakukan,
tepatnya pada tanggal 16-17 Mei 2008, kehadiran guru BK di sekolah lebih awal
dibandingkan guru-guru lain yaitu pukul 06.45. kehadiran yang awal ini
dimaksudkan agar guru BK dapat mengawasi tingkah laku siswa setiap harinya. Guru BK mengamati siswa tidak hanya di
luar ruangan, namun juga mengintai dari dalam ruangan. Tampilan guru BK pun
rapi, indah, sehingga membuat nyaman setiap orang yang melihatnya. Selama
pelajaran berlangsung hingga usai pelajaran pun guru BK mengamati tingkah laku
siswa. Saat istirahat, atau dimanapun
guru BK berada, selalu mengamati tingkah laku siswa. Guru BK di SMA Negeri 5
Purwokerto ramah-ramah serta responsif. Sehingga memungkinkan siswa tidak takut
kepada guru BK. Seusai pelajaran guru BK merekap hasil analisisnya. Guru BK
memberikan analisis mengenai tingkah laku siswa di dalam agenda siswa. Guru
BK di SMA N 5 Purwokerto ini sudah baik,
tampilannya pun rapi. Diharapkan mampu menjadi lebih baik lagi menjadi konselor
di sekolah.
Observer : Raina
Dwi Purwaningtiyas (1301407083)
Observee : Dra.
Ari Muldiyati (131644980)
Nama Sekolah : SMA
N 2 Purbalingga
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 17 Mei
2008, melalui berbagai aspek-aspek yang diobservasi, kedatangan konselor di
SMAN 2 Purbalingga sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan dating lebih awal
yakni jam 06.30 WIB dari yang lainnya dengan maksud agar dapat memantau
kegiatan siswa sebelum jam pelajaran dimulai. Penampilan Konselor di SMAN 2
Purbalingga sudah cukup baik, karena mereka berpenampilan sewajarnya sebagai
tenaga pembimbing sekaligus pendidik yakni rapi, bersih, menarik, formal dan
tidak berlebihan. Kegiatan yang dilakukan oleh konselor selama diamati dari mulai
sebelum jam 07.00 WIB atau jam pelajaran berlangsung sampai jam pelajaran
berakhir mereka melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan dari sekolah,
hal ini karena bimbingan konseling di SMAN 2 Purbalingga tidak diikutsertakan
sebagai mata pelajaran tetapi berdiri sendiri sebagai suatu lembaga namun masih
dibawah kebijakan sekolah. Sehingga konselor di sekolah bertindak sebatas
pembimbing dan mengarahkan siswa melalui berbagai pelayanan bimbingan dan
konseling. Peran Konselor di SMAN 2 Purbalingga pada umumnya hampir sama dengan
guru budang study lainnya tetapi lebih kompleks dari mulai menyiapkan berbagai
dokumen-dokumen baik siswa, guru, maupun wali siswa.
Observer : Nur
Ya’tina Farda (1301407084)
Observee : Ika
Rahayu, S.Pd. (500131288)
Nama Sekolah : SMAN
1 Majenang
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 9 Mei 2008 terhadap
guru BK yang ada di SMAN 1 Majenang dapat dikatakan bahwa guru BK yang ada di
sekolah tersebut sudah dapat menjalankan tugas yang semestinya dan termasuk dalam
tanggung jawabnya. Guru BK dapat memberikan kenyamanan bagi siswanya begitu
juga sebaliknya siswa dapat menerima aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah
melalui BK sebagai salah satu fasilitator dalam memberikan layanan bimbingan
bagi siswa di luar jam pelajaran (non akademis).
Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek yang telah diteliti seperti
kehadiran guru BK di sekolah yang selalu hadir lebih awal, karena salah ada
salah satu guru BK yang menjadi anggota STP2K (Satuan Tugas Pelaksana
Ketertiban Kesiswaan) yang menangani ketertiban siswa. Selain itu penampilan
guru BK harus rapi, karena untuk memberikan pengarahan kepada siswa agar
mematuhi peraturan yang ada harus memberikan contoh yang baik agar siswa
memiliki panutan yang baik untuk diikutinya. Selain itu, guru BK kadang masuk
ke kelas di luar jam mengajarnya untuk memberikan surat panggilan kepada siswa
yang bermasalah untuk diberikan layanan tersendiri pada saat jam istirahat
berlangsung.
B. Analisis Hasil Wawancara
Observer :
Ismarini Bekti Setiani (1301407012)
Observee : Endang
Rumiarsih, S.pd (132197083)
Nama Sekolah : SMP
N 2 Bukateja
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu konselor yaitu Endang Rumiarsih mengenai masalah-masalah yang dihadapi siswa disekolah tersebut
dapat dianalisis. Hasil dari analisis wawancara dapat diketahui bahwa konselor
dalam mengatasi permasalahan tersebut sudah cukup baik dan sesuai program BK.
Dalam menghadapi masalah-masalah yang termasuk ringan, mereka biasanya
menggunakan cara-cara yang hampir sama. Tetapi untuk masalah-masalah yang
dirasa berat memerlukan bantuan dan kerjasama dari pihak lain seperti guru mata
pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan,
bahkan sampai ke orang tua dan pihak yang berwajib. Dalam sekolah yang
berwenang menangani masalah siswa seperti memberi point adalah pihak kesiswaan.
Sedangkan konselor disekolah
tersebut hanya memberikan bimbingan dan pengarahan untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki siswa.
Observer : Mufarokhah
(1301407061)
Observee : Sugiyanto,
S.Pd. (150236337)
Nama Sekolah : MAN
Wonosobo
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2008 di MAN
Wonosobo dapat diketahui bahwa dalam menghadapi siswa yang bermasalah, konselor
melakukan tahapan-tahapan yaitu: diperingatkan, diberi bimbingan, orang tua
dipanggil, diberi point, dan membuat surat pernyataan. Semua
itu dijalankan melalui kadar masalah yang dihadapi siswa. Jika hanya diberi
peringatan siswa sudah tidak melanggar, maka dianggap sudah tidak bermasalah,
namun jika masih melanggar maka tahapan-tahapan bimbingan dilaksanakan sampai
siswa yang bermasalah menjadi lebih baik. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
semua permasalahan diselesaikan dengan tahapan-tahapan agar perilaku siswa yang
menyimpang dapat lebih baik, namun jika permasalahan yang dihadapi menyangkut
nama baik sekolah seperti tindakan asusila, maka siswa tersebut langsung
dikembalikan kepada orang tua.
Observer : Aldila Fitri R N
M (1301407081)
Observee : Retno Nurdiana,
S. Sos (GTT)
Nama Sekolah : SMA N 5 Purwokerto
Wawancara
dilakukan pada tanggal 17 Mei 2008. Wawancara dilakukan dengan cara bertatap
muka dengan salah satu konselor di SMA N 5 Purwokerto. Guru BK menjawab
pertanyaan yang dibrikan. Guru BK dalam menghadapi siswa yang bermasalah guru
BK dengan serius serta memberikan pelayanan yang memadai bagi siswa. Kemudian
bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah, guru BK tidak sudah tidak
memberikan kredit point bagi yang melanggar, hak yang memeberi hukuman dari
pihak kesiswaan. Guru BK hanya mengarahkan serta memperingatkan. Selanjutnya
guru BK dalam menghadapi masalah yang dihadapi siswa baik itu sosial, pribadi,
sekolah, maupun pelajaran pun guru BK memberikan pelayanan bagi siswa. Seperti
konseling individu, serta konseling kelompok. Diharapkan setelah siswa
mengikuti pelayanan yang diberikan guru BK mampu mengoptimalkan potensi yang
dimiliki siswa. Guru BK di SMA N 5 Purwokerto ini sebagai wadah untuk
membimbing siswa yang selalu mengarahkan siswa menjadi lebih baik, bukan sebagai
polisi sekolah.
Observer : Raina Dwi
Purwaningtiyas (1301407083)
Observee : Dra. Ari
Muldiyati (131644980)
Nama Sekolah : SMA N 2 Purbalingga
Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan salah satu konselor di SMAN 2 Purbalingga yaitu
Dra. Ari Muldiyati mengenai masalah-masalah yang dihadapi siswa dapat dilakukan
analisis. Hasil analisis diperoleh bahwa peran konselor di sekolah dalam
menghadapi siswa yang bermasalah, pada intinya hampir sama untuk masalah yang
bersifat ringan. Namun, dalam menghadapi siswa yang bermasalah sudah cukup jauh
atau sulit guru BK melakukan kerja sama dengan pihak sekolah seperti wali
kelas, guru bidang study, orang tua, kepala sekolah serta STP2K yang berwenang
dalam menangani masalah siswa. Peran konselor di sekolah hanya membimbing dan
mengarahkan siswa sedangkan yang lebih berwenang dalam menangani siswa seperti
memberi hukuman bukanlah konselor di sekolah tetapi dalam hal ini STP2K yang
dibentuk oleh sekolah, sehingga konselor di sekolah tidak dipandang sebelah mata.
Hal ini juga dikarenakan sudah ada aturan atau tata tertib dari sekolah bagi
semua warga sekolah yang melanggar dikenakan sanksi berupa kredit point jika
sudah melebihi siswa dapat dikeluarkan sehingga masalah-masalah yang dialami
siswa biasanya dilakukan kerja sama berbagai pihak sekolah dalam penanganannya.
Observer : Nur Ya’tina Farda
(1301407084)
Observee : Drs. Muchalim
(131914273)
Nama Sekolah : SMAN 1 Majenang
Berdasarkan hasil
wawancara dapat diketahui bahwa guru BK di sekolah SMAN 1 Majenang dalam
menangani siswa-siswa yang bermasalah
telah memberikan penanganan kepada siswa yang bermasalah kepada guru, melanggar
tata tertib sekolah, bermasalah sasial dan yang bermasalah dengan pelajaran.
Dalam menghadapi siswa yang memiliki masalah dengan guru, seorang guru BK
memberikan berbagai macam solusi yang terbaik bagi siswa yang bersangkutan.
Seperti mencari latar belakang masalah yang sedang dihadapi oleh siswa, ditegur
secara langsung, siswa dipanggil dengan pendekatan persuasif, kemudian diberikan
palayanan khusus dengan menggunakan teknik konseling tersendiri.
Untuk menangani siswa yang memiliki masalah dengan tata tertib sekolah
diserahkan kepada petugas STP2K karena guru BK tidak mempunyai wewenang untuk
memberi sanksi kepada siswa yang bermasalah, hanya mempunyai hak untuk
menangani keadaan psikologis siswa yang bersangkutan. Dalam menghadapi siswa
yang memiliki masalah sosial guru BK bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam
menangani siswa yang suka kebut-kebutan di jalan raya.
C. Analisis Hasil DCM
HASIL ANALISIS DCM
PER BUTIR MASALAH
No.
|
TOPIK MASALAH
|
No Butir Masalah
|
N
|
Mn
|
Mn x 100%
N
|
Derajat Permasalahan
|
A
|
Perencanaan
Program
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
|
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
|
1
3
9
3
4
4
0
0
0
0
2
1
10
10
9
8
1
1
2
2
3
6
3
3
6
0
1
3
5
|
8,33%
25%
75%
25%
33,33%
33,33%
0%
0%
0%
0%
16,66%
8,33%
83,33%
83,33%
75%
66,66%
8,33%
8,33%
16,66%
16,66%
25%
50%
25%
25%
50%
0%
8,33%
25%
41,66%
|
B
C
E
C
D
D
A
A
A
A
C
B
E
E
E
E
B
B
C
C
C
D
C
C
D
A
B
C
D
|
B
|
Pelaksanaan
Program
|
|
|
|
|
|
B1
|
Pelayanan
Dasar
|
1
2
3
4
5
6
7
|
12
12
12
12
12
12
12
|
9
9
7
9
8
9
8
|
75%
75%
58,33%
75%
66,66%
75%
66,66%
|
E
E
E
E
E
E
E
|
B2
|
Pelayanan
Responsif
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
|
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
|
2
0
10
3
4
9
11
1
10
10
11
10
5
7
0
|
16,66%
0%
83,33%
25%
33,33%
75%
91,66%
8,33%
83,33%
83,33%
91,66%
83,33%
41,66%
85,33%
0%
|
C
A
E
C
D
E
E
B
E
E
E
E
D
E
A
|
C
|
Dukungan Sistem
|
|
|
|
|
|
C1
|
Pengembangan Profesi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
12
12
12
12
12
12
12
12
|
6
8
9
10
5
4
4
6
|
50%
66,66%
75%
83,33%
41,66%
33,33%
33,33%
50%
|
D
E
E
E
D
D
D
E
|
C2
|
Manajemen Program
|
1
2
3
4
|
12
12
12
12
|
11
1
9
9
|
91,66%
8,33%
75%
75%
|
E
B
E
E
|
C3
|
Riset dan pengembangan
|
1
2
3
|
12
12
12
|
11
11
11
|
91,66%
91,66%
91,66%
|
E
E
E
|
D
|
Evaluasi dan akuntabilitas
|
|
|
|
|
|
D1
|
Evaluasi
|
1
2
3
4
5
6
7
|
12
12
12
12
12
12
12
|
10
10
9
8
8
9
9
|
83,33%
83,33%
75%
66,6%
66,6%
75%
75%
|
E
E
E
E
E
E
E
|
D2
|
Akuntabilitas
|
1
2
3
4
5
6
|
12
12
12
12
12
12
|
0
0
0
11
1
0
|
0%
0%
0%
91,66%
8,33%
0%
|
A
A
A
E
B
A
|
Keterangan:
N : Banyaknya konselor yang mengerjakan DCM.
Mn : Banyaknya konselor yang bermasalah untuk
butir tertentu.
0% : A (Baik)
1%-10% : B (Cukup Baik)
11%-25% : C (Cukup)
26%-50% : D (kurang)
51%-100% : E (Kurang Sekali)
HASIL ANALISIS DCM
SETIAP KONSELOR PER TOPIK
No
|
Nama
Konselor
|
TOPIK
|
Jumlah
|
|||||||
A
|
B1
|
B2
|
C1
|
C2
|
C3
|
D1
|
D2
|
|||
1
|
Ari Muldiyati
|
8
|
7
|
7
|
2
|
2
|
3
|
3
|
1
|
33
|
2
|
Djanu Imron
|
11
|
7
|
8
|
4
|
4
|
2
|
7
|
1
|
44
|
3
|
Elli Carlina S
|
12
|
4
|
5
|
6
|
3
|
3
|
7
|
1
|
41
|
4
|
Endang Rumiasih
|
6
|
7
|
12
|
7
|
3
|
3
|
6
|
1
|
45
|
5
|
Ika Rahayu
|
14
|
7
|
10
|
7
|
3
|
3
|
7
|
2
|
53
|
6
|
Muchalim
|
9
|
7
|
5
|
5
|
0
|
3
|
0
|
1
|
30
|
7
|
Sugiyanto
|
4
|
7
|
9
|
4
|
3
|
3
|
1
|
1
|
32
|
8
|
Supriyanto
|
9
|
7
|
9
|
4
|
3
|
3
|
7
|
1
|
43
|
9
|
Titis N
|
0
|
0
|
6
|
3
|
3
|
2
|
5
|
1
|
20
|
10
|
Tunas Budi Rahayu
|
6
|
2
|
8
|
4
|
0
|
3
|
2
|
1
|
26
|
11
|
Widiyanti Lutfi K
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1
|
17
|
12
|
Zuliah
|
9
|
2
|
9
|
3
|
3
|
3
|
6
|
1
|
36
|
|
Jumlah
|
92
|
59
|
90
|
51
|
29
|
33
|
53
|
13
|
|
GRAFIK ANALISIS DCM PER
KONSELOR
HASIL ANALISIS DCM
PER TOPIK MASALAH
No
|
TOPIK
|
M
|
N
|
Mm
|
Mm x
100%
M x N
|
Derajat Permasalahan
|
A
B1
B2
C1
C2
C3
D1
D2
|
Perencanaan Program
Pelayanan Dasar
Pelayanan Responsif
Pengembangan Profesi
Manajemen Program
Riset dan Pengembangan
Evaluasi
Akuntabilitas
|
29
7
15
8
4
3
7
6
|
12
12
12
12
12
12
12
12
|
92
59
90
51
29
33
53
13
|
26,43%
70,23%
50%
53,12%
60,41%
91,66%
63,09%
18,05%
|
D
E
D
E
E
E
E
C
|
Keterangan:
M : Jumlah butir dalam topik masalah
N : Jumlah Konselor
Mm : Jumlah butir masalah (banyaknya butir yang
dicek)
0% : A (Baik)
1%-10% : B (Cukup baik)
11%-25% : C (Cukup)
26%-50% : D (Kurang)
51%-100% : E (Kurang sekali)
GRAFIK ANALISIS DCM PER
TOPIK MASALAH
Keterangan:
A : Perencanaan Program
B1 : Pelayanan Dasar
B2 : Pelayanan Responsif
C1 : Pengembangan Profesi
C2 : Manajemen Program
C3 : Riset dan Pengembangan
D1 : Evaluasi
D2 : Akuntabilitas
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan merupakan suatu usaha
sadar yang dilakukan oleh tenaga pendidik baik dalam jenjang formal, informal
maupun non formal. Melalui pendidikan ini, dibutuhkan tenaga pendidik yang
beerkompeten sesuai dengan bidangnya, salah satunya adalah profesi konselor di
sekolah yang sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
kegiatan Bimbingan dan Konseling. Konselor yang berperan di sekolah harus memiliki kompetensi profesional,
kompetensi personal maupun kompetensi kemasyarakatan.
Melalui
kegiatan penelitian ini dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang
konselor dalam membimbing dan mengarahkan siswa di sekolah serta mengetahui
bagaimana seorang konselor menangani siswa sesuai dengan aturan yang ada. Hal
ini berguna bagi mahasiswa untuk mengetahui berbagai macam identifikasi
kebutuhan peserta didik serta bagaimana mengerahkan siswa, yang diperlukan
ketika menjadi konselor di sekolah kelak.
Selain itu,
berdasarkan dari berbagai analisis yang telah dilakukan dari hasil analisis
observasi dan wawancara dapat mengetahui bagaimana konselor melakukan tugasnya
sebelum jam pelajaran berlangsung sampai jam pelajaran berakhir serta
mengetahui bagaimana konselor datang di sekolah sebagai pelopor atau pembimbing
bagi warga sekolah lainnya.
B. Saran
Penulis menyadari dalm penyelesaian
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menyarankan
agar dalam pembuatan laporan lebih diperbaiki lagi serta dalam pelaksanaan
penelitian di sekolah lebih dipersiapkan dengan baik sehingga akan lebih
memudahkan kita dalam pelaksanaan penelitian.