MAKALAH
MEMAHAMI PEMIMPIN/KONSELOR KELOMPOK
YANG EFEKTIF DALAM BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK
(Tugas Kelompok mata
kuliah Bimbingan Konseling Kelompok)
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Mungin Edy Wibowo,
M. Pd., kons.
Oleh: Rombel B
Razzetta Neli
Santi 0105511033
Emmy Ardiwinata
0105512074
Bety Vitriana 0105512073
Trimega
Ralasari 0105512065
Ema Sukmawati 0105512061
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemimpin dan kelompok sangat erat
kaitannya. Pemimpin sangat berhubungan dengan aktivitas kelompok (Gardner,
1990:80). Sudah ratusan riset yang dilakukan untuk mengidentifikasi persoalan
atau profesional yang berkenaan dengan kepemimpinan (Johnson & Johnson,
1991; Napier & Gershenfels, 1989). Meskipun beberapa karakteristiknya
berkaitan dengan kepemimpinan kelompok (misalnya, kepedulian, keterbukaan,
kekuatan, kesadaran, keramahan, fleksibelitas dan sensitivitas) telah
ditunjukkan, namun masih banyak dimensi yang belum diketahui.
Pemimpin kelompok memiliki pengaruh
yang sangat kuat dalam proses kelompok, tidak terkesuali dalam konseling atau
terapi kelompok. Setiap konseling atau terapi merupakan suatu proses yang
kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor konselor atau
terapis, metode yang digunakan, dan karakteristik klien yang dihadapinya
(prawitasari, 1991:7). Oleh karena peranan, fungsi, kepribadian dan
keterampilan pemimpin adalah sentral dalam proses terapeutik (penyembuhan),
maka semua model teoritis mencurahkan banyak perhatiannya pada pemimpin (Corey,
1981:198)
Untuk menjadi pemimpin kelompok,
tidak hanya orang yang bertugas disekolah. Di setting lainpun dengan apapun
jenis jabatan yang disandangnya, dapat menjadi pemimpin kelompok. Jadi,
siapapun dalam peranannya yang membantu, mengajar atau dalam kedudukannya
sebagai pengawas, mungkin ingin atau dikehendaki memimpin kelompok-kelompok.
Profesional-profesional seperti psikiater, ahli-ahli psikologi, pekerja sosial,
konselor, menteri, manajer dan guru, semuanya dapat menggunakan kelompok dalam
pekerjaannya.
Koselor sebagai pemimpin kelompok
merupakan salah satu komponen penting dalam konseling kelompok. Kepemimpinan
kelompok dalam pelaksanaan konseling kelomok sangat penting maknanya. Pemimpin
kelompok mempunyai pengaruh yang kuat dalam proses konseling kelompok, bukan
saja harus mengarahkan perilaku anggota kelompok sesuai dengan kebutuhan,
melainkan harus tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi dalam kelompoknya
sebagai akibat dari perkembangan kegiatan kelompok itu. Oleh karena itu, untuk
dapat melaksanakan tugas, peranan dan fungsinya sebagai pemimpin kelompok,
kepribadian dan keterampilan konselor adalah sentral dalam proses terapeutik,
maka semua model teoretis mencurahkan banyak perhatian pada pemimpin kelompok.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Siapakah Pemimpin
Kelompok ?
2.
Apa sajakah Tugas-Tugas
Pemimpin Kelompok ?
3.
Apakah Syarat-Syarat
Pemimpin Kelompok ?
4.
Apakah Fungsi Utama
Pemimpin Kelompok ?
C.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui Siapa Pemimpin Kelompok
2. Memahami
Tugas-Tugas Pemimpin Kelompok
3. Memahami
Syarat Pemimpin Kelompok
4. Mengetahui
Fungsi Utama Pemimpin Kelompok
D.
Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca terutama penyusun, dalam
mengetahui dan memahami Pemimpin / konseling
Kelompok yang Efektif dalam Bimbingan dan Konseling Kelompok secara efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemimpin
Kelompok
1. Siapakah
pemimpin kelompok
Pemimpin
kelompok ialah siapapun dalam peranan yang membantu, yang mengajar atau yang
dalam kedudukan sebagai pengawas, sebagai konselor mungkin ingin atau
dikehendaki untuk memimpin kelompok. Karena itu, pemimpin kelompok tentunya
dilihat sebagai pribadi dan sebagai profesional dalam proses kelompok (Corey,
1981:85)
a. Pemimpin
kelompok sebagai Pribadi
Pemimpin-pemimpin yang menggunakan
teknik-teknik kelompok tidak dapat dipisahkan dari ciri-ciri pribadi pemimpin.
Pemimpin yang lebih memperhatikan pada teknik-teknik dan tidak memberikan cukup
perhatian akan pengaruh mereka sendiri yang sangat kuat sebagai pribadi-pribadi
akan menghadapi resiko menjadi teknisi belaka. Pemimpin kelompok memiliki
pengaruh pada proses kelompok bukan hanya lewat penggunaa.- kemahiran
teknik-teknik kelompok tetapi juga melalui ciri-ciri dan perilaku-perilaku
pribadi mereka. Jadi pemimpin yang menghubungkan keberhasilan atau kegagalan
dari sebagian besar kelompok, semata-mata kepada ciri-ciri peserta atau kepada
teknik-teknik spesifik yang digunakan untui menggerakan semangat kelompok,
variabel-variabel peserta dan teknik-teknik, barulah beberapa faktor yang
menentukan hasil-hasil kegiatan kelompok(Wibowo, 2005:110).
Selanjutnya Mungin Eddy Wibowo
(2005) Pemimpin-pemimpin kelompok
dapat memperluas pengetahuan teoritis dan praktis tentang dinamika kelompok dan
menjadi terampil dalam teknik diagnostik dan prosedur-prosedur, namun tidak
efektif dalam merangsang pertumbuhan dan perubahan anggota-anggota kelompok
mereka. Pemimpin-pemimpin membawa ke setiap kelompok kualitas- kualitas
pribadi, nilai-nilai, dan pengalaman-pengalaman hidup mereka Untuk meningkatkan
pertumbuhan dan meningkatkan peranan anggota pemimpin perlu hidup
berorientasikan pertumbuhan kehidupan mereka sendiri. Untuk membantu
mengembangkan kejujuran memeriksa diri di antara orang lain, pemimpin-pemimpin
perlu memiliki keberanian untuk terlibat dalam menilai diri mereka sendiri.
Corey (2012) menyebutkan beberapa
karakteristik yang harus menjadi bagian dari kepribadian seorang pemimpin
kelompok, yakni:
1) Kehadiran
Jika para pemimpin mengenali dan mengekspresikan
emosi mereka sendiri, mereka dapat menjadi lebih terlibat secara emosional
dengan orang lain/ anggota kelompok. Kemampuan para pemimpin
untuk menarik pengalaman-pengalaman ini membuat lebih mudah bagi mereka untuk
berempati dan berbelas kasih terhadap anggota kelompok. Kehadiran
juga berkaitan dengan "berada di sana" untuk anggota kelompok, yang
melibatkan kepedulian yang tulus dan kemauan untuk masuk dunia psikologis
mereka. Menjadi berarti bahwa
para pemimpin ini tidak terpecah-pecah ketika mereka datang ke pertemuan
kelompok, bahwa mereka tidak disibukkan dengan hal-hal lain, dan bahwa mereka
terbuka untuk reaksi mereka dalam kelompok.
2) Daya
kekuatan pribadi.
Pribadi pemimpin kelompok melibatkan kepercayaan diri
dan menyebarkan kesadaran seseorang pada orang lain. Jika
para pemimpin kelompok tidak merasakan kekuatan dalam kehidupan mereka sendiri
(atau jika mereka tidak merasa mengendalikan nasib mereka), akan sulit bagi
mereka untuk memfasilitasi gerakan anggota menuju pemberdayaan. Singkatnya,
tidak mungkin untuk memberikan kepada orang lain apa yang tidak Anda
miliki.Perlu ditekankan bahwa kekuasaan tidak berarti dominasi dan eksploitasi
orang lain, ini adalah penyalahgunaan kekuasaan. Pemimpin
yang benar-benar kuat menggunakan efek mereka pada peserta kelompok untuk
mendorong anggota untuk mendapatkan kontak dengan kekuatan sendiri yang tidak
terpakai, untuk tidak menimbulkan ketergantungan mereka. Pemimpin
kelompok mempromosikan rasa pemberdayaan dengan mendorong anggota kelompok
untuk menjadi rekan klien.
3) Keberanian
Pemimpin kelompok yang Efektif menunjukkan
keberanian dalam interaksi mereka dengan anggota kelompok dan tidak bersembunyi
di balik peran khusus mereka sebagai konselor. Mereka
menunjukkan keberanian mengambil risiko dalam kelompok dan mengakui kesalahan,
dengan menjadi rentan, dengan menjadi bersedia untuk menantang anggota dengan
cara yang hormat, dengan bertindak pada intuisi dan keyakinan, dengan
mendiskusikan dengan kelompok pikiran dan perasaan mereka tentang proses
kelompok, dan bersedia untuk membagi
kekuasaannya dengan anggota kelompok. Pemimpin dapat model
pelajaran penting kepada anggota dengan mengambil sikap terhadap hidup dan
bertindak meskipun fakta bahwa mereka tidak sempurna. Ketika
anggota memaksakan diri mereka untuk meninggalkan pola akrab dan aman, mereka
sering melaporkan menjadi cemas dan takut.Pemimpin kelompok dapat menunjukkan,
melalui perilaku mereka sendiri, kesediaan mereka untuk bergerak maju meskipun
kadang-kadang menjadi takut.
4) Kesediaan
untuk menghadapi Diri sendiri.
Salah satu tugas utama pemimpin adalah untuk
mempromosikan penyelidikan diri di depan klien. Kesadaran
diri memerlukan kemauan untuk mengambil jujur melihat
diri sendiri, dan pemimpin kelompok harus menunjukkan bahwa mereka bersedia
untuk mempertanyakan diri mereka sendiri. Karakteristik
penting termasuk kesadaran tidak hanya kebutuhan seseorang dan motivasi tetapi
juga konflik dan masalah pribadi, pertahanan dan titik-titik lemah, dari bidang
“unfinished bisnis”, dan pengaruh potensial dari semua pada proses kelompok. Pemimpin
yang sadar diri mampu untuk bekerja dengan terapi transferences yang muncul
dalam pengaturan kelompok, baik terhadap diri mereka sendiri dan terhadap
anggota lainnya. Selanjutnya, pemimpin
kelompok menyadari kerentanan mereka sendiri, terutama “counter transferences”
potensi mereka, dan bertanggung jawab untuk reaksi mereka sendiri.
5) Ketulusan
dan Keaslian.
Salah satu kualitas pemimpin yang paling penting
adalah minat yang tulus dalam kesejahteraan dan pertumbuhan orang lain. Karena
ketulusan melibatkan bersikap langsung, juga dapat melibatkan anggota
mengatakan apa yang mungkin menjadi kultus diffi bisa mendengar. Untuk
pemimpin kelompok, merawat berarti menantang anggota untuk melihat bagian hidup
mereka bahwa mereka menyangkal dan menghambat setiap bentuk perilaku tidak
jujur dalam
kelompok. Memberikan anggota
umpan balik yang berguna membutuhkan ketulusan dan rasa hormat dalam arti bahwa
kepentingan klien terbaik adalah yang terpenting. Keaslian adalah suatu bentuk ketulusan. Pemimpin
kelompok otentik tidak hidup dengan kepura-puraan dan tidak bersembunyi di
balik pertahanan atau fasad. Keaslian memerlukan
kemauan untuk secara tepat mengungkapkan diri sendiri dan berbagi perasaan dan
reaksi terhadap apa yang terjadi dalam kelompok. Keaslian
tidak berarti tanpa pandang bulu berbagi setiap pikiran, persepsi, perasaan,
fantasi, dan reaksi, namun. Misalnya, meskipun
pemimpin mungkin awalnya tertarik ke anggota, tidak akan bijaksana untuk
mengungkapkan kenyataan ini pada sesi awal.
6) Rasa
Identitas
Jika pemimpin kelompok adalah untuk membantu orang
lain menemukan siapa mereka, pemimpin harus memiliki rasa yang jelas tentang
identitas mereka sendiri. Ini berarti mengetahui
apa yang Anda nilai dan hidup dengan standar-standar, bukan oleh apa yang orang
lain harapkan. Ini berarti menyadari
kekuatan sendiri, keterbatasan, kebutuhan, ketakutan, motivasi, dan tujuan. Itu
berarti mengetahui apa yang Anda mampu menjadi, apa
Anda inginkan dari kehidupan, dan bagaimana Anda akan mendapatkan apa yang Anda inginkan. Menyadari warisan budaya Anda, etnis, dan identitas seksual Anda dan gender merupakan komponen penting dari rasa identitas.
Anda inginkan dari kehidupan, dan bagaimana Anda akan mendapatkan apa yang Anda inginkan. Menyadari warisan budaya Anda, etnis, dan identitas seksual Anda dan gender merupakan komponen penting dari rasa identitas.
7) Percaya
pada Proses dan Antusiasme kelompok
Pemimpin di nilai dari proses kelompok adalah
penting untuk keberhasilan kelompok. Praktisi yang memimpin
kelompok-kelompok hanya karena mereka diharapkan, tanpa yakin bahwa intervensi
kelompok membuat perbedaan, tidak mungkin untuk menginspirasi anggota kelompok. Mengapa
anggota kelompok percaya pengalaman akan menjadi nilai kepada mereka jika
pemimpin adalah tanpa antusiasme untuk itu? Antusiasme
pemimpin kelompok membawa ke kelompok mereka dapat memiliki kualitas menular. Jika
pemimpin memancarkan kehidupan, kemungkinan tipis bahwa mereka akan konsisten
memimpin. Pemimpin Perlu menunjukkan bahwa mereka menikmati pekerjaan mereka
dan ingin berada bersama kelompok mereka. Kurangnya
seorang pemimpin antusiasme pada umumnya tercermin dalam 'kurangnya kegembiraan
tentang datang ke sesi kelompok dan anggota anggota ketidakmampuan untuk
melakukan pekerjaan yang signifikan.
8) Daya
Cipta dan Kreativitas.
Pemimpin harus menghindari terjebak dalam teknik
ritual dan presentasi terprogram. Mungkin tidak mudah untuk mendekati kelompok
masing-masing dengan ide-ide baru. Pemimpin inventif dan
kreatif terbuka untuk pengalaman baru dan pandangan dunia yang berbeda dari
mereka sendiri. Salah satu keuntungan
utama dari kerja kelompok adalah bahwa ia menawarkan banyak kesempatan untuk
menjadi inventif.
b. Pemimpin
kelompok sebagai seorang profesional
Pada bagian terdahulu telah ditekankan pentingnya kepribadian dan karakteristik
pemimpin kelompok dan hal penting bahwa kepemimpinan bukan hanya persoalan
penggunaan teknik-teknik dengan cara bagaimanapun ciri-ciri positif pribadi
adalah tidak cukup, dan menimbulkan kekeliruan dengan menganggap bahwa dengan
kualitas pribadi tertentu dan suatu keinginan untuk membantu akan menjadi pemimpin kelompok yang efektif. Keberhasilan
kepemimpinan menghendaki keterampilan-keterampilan kepemimpinan kelompok
yang spesifik dan penampilan yang sesuai
pada fungsi-fungsi bagaimana sebagian besar keterampilan, keterampilan
kepemimpinan perlu dipelajari dan dipraktekkan, walaupun dapat dipisahkan dari
kepribadian pemimpin (Corey, dalam Wibowo 2005).
Selanjutnya Jennings (dalam Corey
2012) menjelaskan hasil dari proyek penelitian kualitatif mereka mengenai
karakteristik kepribadian dari 10 guru terapis-mereka yang dianggap
"terbaik dari yang terbaik" di kalangan profesional kesehatan mental. Dalam
penelitiannya, Jennings menyebutkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin konseling kelompok yang
professional, yakni sebagai berikut:
1. Kemampuan
untuk menguasai
2. Kemampuan
untuk secara mendalam memasuki dunia orang lain tanpa kehilangan identitas
diri.
3. Kemampuan
untuk menyediakan lingkungan yang aman secara emosional untuk klien sementara
menantang mereka.
4. Kemampuan
untuk menarik kekuatan terapi mereka untuk membantu orang lain dengan tetap
menjaga rasa kerendahan hati.
5. Integrasi
dari diri pribadi dan profesional dengan batas-batas yang jelas antara
masing-masing dimensi.
6. Kemampuan
untuk memberikan diri kepada orang lain ketika sedang memelihara dan mengurus
diri sendiri.
7. Kemampuan
untuk menerima umpan balik tentang diri mereka sendiri tanpa menjadi
destabilisasi oleh kritikan itu.
B.
Tugas-Tugas
Pemimpin Kelompok
Konselor sebagai pemimpin kelompok
mempunyai tugas yang tidak ringan jika menginginkan dalam melaksanakan
pekerjaan benar-benar rasional dan efektif. Menurut Yalom (dalam Wibowo, 2005)
tugas-tugas pemimpin kelompok adalah membuat dan mempertahankan kelompok,
membentuk budaya dalam kelompok, dan membentuk norma-norma dalam kelompok.
1. Membuat
dan Mempertahankan Kelompok
Pemimpin kelompok mempunyai tugas
untuk membuat dan mempertahankan kelompok. Melalui wawancara awal dengan calon
anggota dan melalui seleksi yang baik,
pemimpin kelompok membentuk kelompok konseling. Begitu kelompok dimulai,
pemimpin harus bertindak sebagai penjaga gawang, yaitu mempertahankan agar
anggota kelompok tetap hadir dan tetap mengikuti kelompok yang dibuatnya. Sebab
gagalnya salah seorang anggota untuk mengikuti kelompok dapat mempengaruhi
anggota lain ataupun jalannya kelompok.
Pemimpin sebaiknya mengenal hal-hal
yang dapat mempengaruhi kohesivitas kelompok. Kelambatan, absen, membuat
kelompok sendiri diluar tanpa diketahui anggota lain (subgrouping), pengkambing
hitaman salah seorang anggota kelompok
akan mengancam integritas kelompok membutuhkan intervensi pemimpin. Tugas
pertama pemimpin adalah menciptakan sistem sosial. la harus membuat keputusan
yang tepat demi hidupnya kelompok.
2. Membentuk
Budaya dalam Kelompok
Setelah kelompok terbentuk,
pemimpin kelompok mengupayakan agar kelompok menjadi sistem sosial yang
terapeutik. Pemimpin kelompok mencoba untuk menumbuhkan norma yang akan dipakai
sebagai pedoman interaksi kelompok. Pada pendekatan individual agen perubahan
satu-satunya adalah konselor. Pada konseling kelompok, yang menjadi agen
perubahan adalah kelompok. Di dalam konseling kelompok pemimpin adalah agen
perubahan secara tidak langsung, sedangkan pada konseling individual, konselor
adalah agen perubahan secara langsung. Dalam konseling kelompok, pemimpin
mempunyai tugas untuk membawa kelompok dari satu faktor kuratif ke faktor kuratif yang lainnya
melalui pembentukan budaya kelompok. la akan membentuk budaya yang dapat
menimbulkan interaksi yang tepat di dalam kelompok.
Norma di dalam kelompok akan
berbeda dengan etika peraturan di masyarakat. Anggota harus merasa bebas untuk mengemukakan
apa
yang dirasakan
ataupun yang dipikirkannya. Kejujuran dan spontanitas hanya didorong dalam
kelompok. Norma-norma lain yang lebih mementingkan peran serta
seluruh kelompok perlu dibina. Penerimaan tanpa penilaian untuk anggota lain, pembukaan
diri pada tingkat tinggi, ketidakpuasan dengan pola perilaku saat ini, dan
keinginan yang besar untuk berubah adalah norma-norma yang sangat penting di
dalam kelompok. Selain yang sangat penting untuk dilakukan adalah selalu
membawa kelompok pada di sini dan saat ini.
3. Membentuk
norma-norma dalam kelompok
Norma-norma di dalam kelompok
dibentuk berdasarkan harapan anggota kelompok terhadap keiompok dan pengarahan
langsung maupun tidak langsung dari
pemimpin dan anggota-anggota yang lebih berpengaruh. Apabila harapan anggota
tidak jelas, maka pemimpin mempunyai banyak catatan untuk membuat desain budaya
kelompok yang menurut pandangannya akan memberikan suasana terapeutik optimal.
Pemimpin kelompok adalah pusat perhatian kelompok dan anggota akan mengharapkan
arahan darinya.
C.
Syarat-Syarat Pemimpin/Konselor Kelompok
Pemimpin kelompok mesti dilihat
sebagai pribadi dan sebagai profesional dalam proses kelompok. Kedua itu,
selain ciri-ciri professional, pemimpin kelompok harus diketahui ciri-ciri pribadinya. Dalam kaitan dengan ini, maka
dalam membahasnya, akan dilihat dari segi pribadi dan segi profesional. Dari
segi pribadi akan dilihat kepribadian dan watak/karakter pemimpin kelompok, dan
dari segi profesional akan dilihat keterampilan
dari pemimpin kelompok.
a. Kepribadian
dan Karakter Pemimpin Kelompok
Persoalan tentang ciri-ciri pribadi
yang berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif telah menjadi obyek
perhatian sebagian besar pengarang. Shapiro (1978) sebagai misal, menggambakan
sisi "kepribadian yang ideal bagi terapis kelompok" dengan
istilah-istilah: kejujuran, integritas, sabar, keberanian, fleksibelitas,
kehangatan, emosi, kecerdasan, ketepatan waktu, dan menguasai diri (Corey, 1981:
89).
1) Kehadiran
Orang yang hadir secara emosional maksudnya yang
digerakkan oleh pengalaman orang lain yang menggembirakan atau menyedihkan.
Kalau pemimpin-pemimpin bersentuhan dengan emosi-emosi mereka sendiri, mereka
menjadi lebih banyak terlibat secara emosional dengan orang lain, walaupun ini
tidak mutlak dinyatakan secara langsung yang mengungkapkan pengalaman hidup
yang berkaitan dengan perasaan ini, kemampuan untuk melukiskan tentang
pengalaman-pengalaman ini membuatnya lebih mudah bagi pemimpin untuk berempati
dan menjadi kasihan kepada anggota-anggota kelompok.
2) Kekuatan
pribadi
Meliputi kepercayaan diri dan kesadaran akan
pengaruh seseorang pada orang lain. Ini harus ditekankan
bahwa itu bukan berarti mendominasi dan mengeksploitasi terhadap orang lain,
yang mana merupakan penyalahgunaan kekuasaan.
Sesungguhnya pemimpin yang sangat kuat menggunakan pengaruh yang mereka miliki
demi peserta-peserta kelompok untuk mendorong mereka bergaul secara erat dengan
kekuatan-kekuatan mereka sendiri
yang belum dimanfaatkan, bukan untuk membantu perkembangan ketergantungan
mereka. Kekuatan pribadi selalu disertai
dengan kepercayaan diri dan dengan pengalaman bahwa seorang tidak perlu menahan
orang lain pada posisi yang lebih rendah
dan mempertahankan kekuatan orang itu sendiri.
3) Keberanian
Pemimpin-pemimpin kelompok yang efektif sadar bahwa
mereka perlu menunjukkan keberanian dalam interaksi mereka dengan
anggota-anggota kelompok dan bahwa mereka tidak boleh bersembunyi dibelakang
peranan khusus mereka sebagai konselor. Pemimpin memperlihatkan keberanian
dengan pengambilan resiko dalam kelompok dan mengakui akan
kekeliruan-kekeliruan dengan
kadang-kadang mengkritik dengan mengkonfrontasikan orang lain secara hati-hati
dan yang menyatakan reaksi-reaksi mereka sendiri kepada siapa yang mereka
hadapi, dengan bertindak menurut kebiasaan dan kepercayaan, dengan membagi atas
kelompok pemikiran dan perasaan-perasaan mereka tentang proses kelompok, dan dengan adanya kemauan untuk membagi
(sharing) kekuatan mereka pada anggota kelompok.
4) Kemauan untuk
mengkonfrontasi diri sendiri.
Menunjukkan keberanian bukan hanya terhadap
cara-cara dimana pemimpin berhubungan dengan anggota kelompok tetapi juga
terhadap cara-cara dimana mereka berhubungan dengan diri mereka sendiri. Salah
satu tugas sentral adalah meningkatkan investigasi diri dalam klien-klien
mereka. Karena konselor-konselor kelompok tidak dapat mengharapkan para peserta
untuk melakukan sesuatu yang mereka sendiri tidak
dipersiapkan untuk melakukan, mereka harus menunjukkan bahwa
mereka sedang ingin menanyakan diri mereka sendiri. Konfrontasi diri dapat mengikuti bentuk penyikapan
tubuh dan menjawab pertanyaan- pertanyaan seperti berikut ini:
a) Mengapa
saya memimpin kelompok? Apa yang sedang saya dapat dari kegiatan ini?
b) Mengapa
saya berperilaku seperti yang saya lakukan dalam kelompok? Apakah ada pengaruh
sikap-sikap, nilai-nilai prasangka-prasangka, perasaan-perasaan, dan
kelakuan-kelakuan saya terjadi pada peserta dalam kelompok?
c) Apakah
kebutuhan saya terlayani dengan menjadi pemimpin kelompok dan sampai tingkat
mana?
d) Apakah
saya pernah memanfaatkan kelompok yang saya
pimpin untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadi saya dengar,
mengorbankan kebutuhan-kebutuhan anggota?
5)
Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan hal yang berbarengan dengan
kemauan untuk menghadapi diri sendiri. Ciri esensial
dari kepemimpinan efektif ini meliputi kesadaran akan diri, akan
kebutuhan dan motivasi-motivasi seseorang, akan konflik-konflik dan masalah-masalah pribadi, akan
pertahanan dan titik-titik kelemahan,
akan bidang-bidang usaha yang belum selesai, dan dari pengaruh
potensial terhadap semua ini dalam proses kelompok. Sebagai contoh, kemungkinan
memanfaatkan peranan seseorang sebagai pemimpin kelompok untuk memperoleh
persetujuan dari anggota kelompok. Pemimpin-pemimpin memiliki kekuatan untuk
mengontrol session pembahasan sehingga kebutuhan-kebutuhan mereka untuk
konfirmasi eksternal dapat secara terus menerus diperkuat lewat kelompok.
6)
Kesungguhan/ketulusan
Salah satu kualitas pemimpin yang paling penting adalah
minat yang tulus/sungguh-sungguh pada kesejahteraan orang lain dan pada
kemampuan mereka untuk berkembang menurut cara-cara yang konstruktif. Karena
ketulusan hati menyangkut diri yang langsung, itu juga menyangkut pemberitahuan
pada anggota-anggota apa yang mereka tidak perlu ingin untuk dengar. Bagi
pemimpin kelompok, yang menyukai cara-cara yang menantang anggota untuk melihat
bagian-bagian kehidupan mereka yang mereka mungkin kehendaki terhadap nasib dan
bentuk tertentu yang mengecilkan hati karena perilaku yang tidak jujur dalam
kelompok.
7)
Keaslian(authenticity)
Ciri ini berhubungan erat dengan ketulusan.
Keefektifan menuntut bahwa pemimpin menjadi seorang pribadi yang asli, yang
nyata atau riil, kongruen dan jujur. Sebagai pribadi tidak hidup cengan
berpura-pura dan tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng, pertahanan/
pembelaan-pembelaan, peranan-peranan yang mandul, dan tedeng aling-aling.
Keaslian juga memerlukan kemauan untuk memperlihatkan diri sendiri dengan tepat
dan bersama membagi oerasaan-perasaan dan reaksi-reaksi terhadap yang
berlangsung dalam kelompok.
8)
Mengerti
Indentitas
Kalau pemimpin-pemimpin kelompok akan membantu orang
lain menemukan siapa mereka, mereka perlu memiliki pengertian yang jelas tentang identitas
mereka sendiri. Ini maksudnya untuk mengetahui apakah sesuatu nilai dan
kehidupan berdasarkan standar yang berasal dari diri dan bukan dengan apa yang
diharapkan oleh orang lain dari diri sendiri. Ini juga berarti menjadi sadar
tentang keterbatasan-keterbatasan, kekuatan-kekuatan, kebutuhan-kebutuhan,
ketakutan-ketakutan, motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan seseorang itu sendiri.
Akhirnya, itu berarti mengetahui apakah seseorang mampu untuk menyelaraskan,
apa yang orang inginkan dari kehidupan, dan bagaimana seseorang akan mendapatkan
apa yang diinginkan.
9)
Kegairahan
(antusiasme)
Kalau pemimpin-pemimpin kelompok sangat bergairah
atas apa yang sedang mereka lakukan, tidak mungkin
bagi mereka itu untuk mengilhami/ membangkitkan semangat anggota
kelompok dan memberikan mereka dengan suatu rangsangan untuk bekerja/bergerak.
Ini tidak mengatakan bahwa pelaksana-pelaksana harus mengangkat gaya "cheerleading". Pemimpin perlu
menunjukan bahwa mereka menyenangi pekerjaan mereka dan senang bersama. dengan
kelompok-kelompok mereka. Seorang pemimpin tanpa kegairahan cenderung menjadi
rutinisasi. Juga yang lebih penting
lagi kekurangan gembiraan anggota mengenai kehadiran dalam
sesion-sesion kelompok dan dengan penolakan mereka untuk melakukan pekerjaan
yang berarti.
10) Daya
cipta dan kreativitas.
Kesanggupan secara
spontan menjadi kreatif dan untuk mengancang suatu kelompok dengan ide-ide yang
segar banyak mengungkapkan mengenai keefektifan potensial dari seorang
pemimpin. Pemimpin perlu menghindarkan memasuki jebakan di antara teknik-teknik
ritual dan presentasi-presentasi sebelum program
yang tanpa semangat. Tidak mungkin mudah untuk mengancang setiap
kelompok dengan ide-ide baru terutama kalau seseorang melakukan banyak kerja
kelompok. Sisa kreatif dalam kehidupan pribadi seseorang adalah ingin terbuka
dengan diri mereka sendiri dan dengan orang lain dalam kelompok, terbuka pada
pengalaman-pengalaman baru dan terbuka terhadap gaya-gaya hidup dan nilai-nilai
yang berbeda dari diri mereka sendiri.
11) Daya
tahan (stamina).
Sejak
kelompok mulai berjalan pelan-pelan secara
fisik dan secara psikologis, pemimpin harus menemukan
cara-cara agar tetap hidup seluruh bagian dari kelompok. Jadi,
mereka perlu sadar tentang
energi mereka sendiri dan memiliki sumber-sumber makanan psikologis. Tuntutan-tuntutan
dari profesi-profesi mereka membuatnya sangat penting agar mereka menjaga diri
mereka sendiri dengan baik,
ataukah mereka mungkin dapat menemukan diri mereka “mati” (burnt-out) dengan
sedikit memberi kepada siapapun.
Sementara itu, Corey dan Corey (2002) mengidentifikasi
karakteristik pribadi pemimpin kelompok yang efektif sebagai berikut :
a. Berani
b. Rela
menjadi teladan
c. Selalu
ada ketika dibutuhkan
d. Punya
niat tulus dan penuh perhatian
e. Yakin
akan keberhasilan proses kelompok
f. Terbuka
g. Menyadari
dan mengahargai budaya klien
h. Tidak
defensif ketika pengentasan problemnya mendapat serangan
i. Memiliki
kekuatan dan keteguhan pribadi
j. Punya
stamina baik
k. Kesediaan
mencari pengalaman-pengalaman baru
l. Selalu
menjaga diri dengan kesadaran
m. Memiliki
rasa humor
n. Kreatif
dan inovatif melakukan terobosan
o. Berdedikasi
dan berkomitmen.
b. Pemimpin
sebagai professional
Sebagaimana telah dikatakan bahwa
syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilannya dalam memimpin
kelompok. Ini tidak hendak mengabaikan hal-hal lain yang penting, tetapi pada
hematnya segala aspek kognitif dan afektif dari pemimpin akan nampak dalam
keterampilan terlihat kefektifannya sebagai pemimpin, gaya-gaya kepemimpinannya
dan peranannya sebagai pemimpin kelompok.
Beberapa keterampilan dasar relasi-relasi
manusia yang anda mungkin telah kembangkan pada diri anda atau melalui
latihan-latihan khusus. Kalau anda telah melakukan beberapa latihan dalam
konseling, anda akan mengenai nama-nama dari banyak keterampilan berikut:
1) Aktif
mendengar
2) Refleksi
3) Menguraikan/menjelaskan
4) Meringkas
5) Penjelasan
singkat dan pemberian infromasi
6) Mendorong
dan mendukung
7) Pengaturan
Nada Suara
8) Memperagakan
dan mengungkapkan diri
9) Penggunaan
mata
10) Penggunaan
suara
11) Penggunaan
energi pemimpin
12) Mengidentifikasi
mitra (Jacobs, Harvill, & Masson. 1994:108)
D.
Fungsi
Utama Pemimpin Kelompok
Pemimpin bertindak dengan cara-cara
tertentu didalam kelompok entah itu berorientasi kepada hubungan, pendidikan
maupun berorientasi kepada tugas atau pekerjaan. Bates dkk (1982) mencirikan
empat fungsi utama yang perlu ditunjukkan oleh pemimpin kelompok pada berbagai
kesempatan:
a. Sebagai
pengatur lalulintas (pemegang kendali)
Pemimpin tersebut harus membantu para anggotanya
untuk menyadari perilaku-perilaku yang membuka saluran komunikasi dan perilaku
yang menimbulkan komunikasi.
b. Sebagai
model perilaku yang sesuai
Pemimpin harus mengambil dan memilih tindakan yang
menurut mereka harus dipelajari oleh anggota kelompok melalui demontrasi aktif
maupun pasif. Cara memberikan model ini bisa berupa penggunaan pengungkapan
diri, permainan drama, pola ceramah dan tindakan kreatif (kottler, 1994)
c. Sebagai
katalisator interaksi
Peran sebagai katalisator interaksi menginginkan
pemimpin tersebut meningkatkan interaksinya antara anggota kelompok tanpa
menarik perhatian mereka sendiri.
d. Sebagai
fasilitator komunikasi.
Pemimpin kelompok mencerminkan isi dan perasaan
anggotanya dan mengajari mereka bagaimana melakukan kegiatan sebagaimana
mestinya. Proses ini terfokus pada kata-kata dna emosi dibalik komunikasi
tersebut.
Association for
Specialists in Group Work (ASGW) mengelompokkan
kemampuan khusus konselor kelompok (pemimpin kelompok) menjadi tiga kelompok
besar. Ketiga kelompok kemampuan itu oleh ASGW dirinci dalam butir-butir
standar dalam Professional Standardsfor
Training of Group Counselors (ASGW, 1983) yang disarikan sebagai berikut :
1. Kemampuan
berkaitan dengan pengetahuan
a. teori-teori
utama mengenai konseling kelompok , termasuk persamaan dan perbedaan di antara
teori-teori itu
b. Prinsip-prinsip
pokok tentang dinamika kelompok serta gagasan-gagasan dasar mengenai proses
kelompok
c. Kekuatan
dan kelemahan diri sendiri, nilai-nilai hidup yang dianutnya dan ciri-ciri
pribadinya sendiri yang dapat memberikan terhadap kemampuannya sebagai pemimpin
kelompok
d. Persoalan-persoalan
pokok mengenai etika dan profesi yang khusus berkaitan dengan pekerjaan
kelompok
e. Informasi
mutakhir tentang penelitian dalam bidang pekerjaan kelompok
f. Peranan
dan perilaku yang bersifat memudahkan peserta konseling kelompok yang mungkin
diharapkan oleh para peserta itu
g. Keuntungan
dan kerugian dari pekerjaan kelompok dan situasi-situasi di mana pekerjaan
kelompok tepat atau tidak tepat digunakan sebgai bentuk intervensi yang
bersifat terapeutik
h. Ciri-ciri
interaksi kelompok dan peranan konseling yang terlibat dalam tahap-tahap
perkembangan kelompok
2. Kemampuan
berkaitan dengan keterampilan
a. Mampu
menyaring dan menilai kesiapan klien untuk turut serta dalam suatu kelompok
b. Memiliki
definisi yang jelas mengenai konsleing kelompok dan mampu menerangkan tujuan
dan prosedur konseling kelompok itu kepada para anggota kelompok
c. Mendiagnosis
perilaku yang merusak diri sendiri pada para anggota kelompok dan mampu
menangani kasus-kasus yang memperlihatkan perilaku demikian itu dalam kelompok
yang bersangkutan dengan cara yang konstruktif
d. Membuat
model perilaku yang tepat untuk para anggota kelompok
e. Menafsirkan
perilaku non verbal secara teliti dan tepat
f. Menggunakan
keterampilan yang dimilikinya dengan cara yang tepat pada waktunya dan efektif
g. Melakukan
penanganan masalah pada saat yang kritis dalam keseluruhan proses kelompok
h. Mampu
memanfaatkan teknik, strategi, dan prosedur konseling kelompok
i.
Menggerakkan
faktor-faktor terapeutik yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan tertentu,
baik dalam kelompok maupun dalam diri individu anggotanya
j.
Mampu menggunakan
prosedur kelompok penunjang seperti pemberian tugas pekerjaan rumah
k. Mampu
bekerja sama dengan pemimpin kelompok yang lain secara efektif
l.
Mampu secara efektif
mengarahkan pertemuan kelompok menuju kepada penutupannya dan mampu
mengakhirinya
m. Mampu
menggunakan prosedur teknik tindak lanjut untuk mempertahankan dan menunjang
hasil konseling yang telah diperoleh anggota kelompok yang bersangkutan
n. Mampu
menggunkan prosedur penilaian untuk mengetahui hasil kegiatan kelompok
3. Kemampuan
berkaitan dengan praktis klinis
a. Membuat
kritik mengenai rekaman kegiatan kelompok
b. Mengamati
pelaksanaan konseling kelompok
c. Turut
serta sebagai seorang anggota dalam kelompok
d. Menjadi
pendamping pemimpin kelompok
e. Melakukan
praktek konseling kelompok secara mandiri
f. Melaksanakan
program magang.
Kemampuan-kemampuan tersebut tidak hanya dapat diperoleh
dari pendidikan dan/atau latihan formal saja, melainkan konselor kelompok harus
senantiasa berusaha untuk mendapatkan kemampuan itu sebaik mungkin dengan jalan
pengembangan diir sesudah pendidikan formal dan selama melaksanakan tugasnya
sebagai konselor kelompok. Oleh karena itu, konselor kelompok harus selalu
berusaha melakukan profesionalisasi diri dengan mengikuti perkembangan teori
dan teknik konseling kelompok dan selalu melakukan self regulation dalam hal kemampuannya.
Helen Driver (1958, hlm. 100-102), salah satu pemimpin awal di
gerakan konseling kelompok, mengindentifikasikan teknik-teknik kepemimpinan
bagi konselor kelompok sebgai berikut :
1.
Dukungan: memberikan
rekomendasi, menunjukkan apresiasi
2.
Refleksi: memantulkan
kembali (monitoring) perasaan.
3.
Klarifikasi:
menjernihkan makna, menunjukkan implikasi-implikasi sebuah ide.
4.
Pertanyaan: menggali
perasaan yang terpendam lebih dalam, mengundang respons lebih jauh.
5.
Informasi: menyediakan
data untuk diuji, berfungsi sebagai penyedia sumber daya, mengajar.
6.
Interpretasi:
menjelaskan pentingnya data, menggunakan analogi.
7.
Ringkasan: meminta
klien meringkas hasil proses dan dinamika kelompok, mengevaluasi kemajuan,
menawarkan alternatif.
Pengujian terhadap hal-hal di atas
bagi kepemimpinan kelompok mengindikasikan kalau konselor bertanggung jawab
sepenuhnya bagi struktur, aktivitas dan seluruh dinamika sesi-sesi kelompok.
Konseling kelompok lebih menitikberatkan faktor-faktor pengasosiasian ketimbang
gangguan-gangguan emosi mendalam. Pemimpin kelompok juga harus mengenali nilai
kelompok dan menentukan bagaimana cara terbaik memadukannya ke proses-proses kelompok. Selain itu, proses
kelompok, ketika ditangani secara ahli oleh pemimpin, memberikan
anggota-anggotanya kesempatan untuk mengetes sendiri keyakinan mereka di
lingkungan yang relatif aman, juga untuk belajar dari perspektif yang
sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemimpin kelompok memiliki pengaruh
yang sangat kuat dalam proses kelompok, tidak terkecuali dalam konseling atau
terapi kelompok. Setiap konseling atau terapi merupakan suatu proses yang
kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor konselor atau
terapis, metode yang digunakan, dan karakteristik klien yang dihadapinya. Oleh
karena peranan, fungsi, kepribadian dan keterampilan pemimpin adalah sentral
dalam proses terapeutik (penyembuhan), maka semua model teoritis mencurahkan
banyak perhatiannya pada pemimpin. Karena itu, pemimpin kelompok tentunya
dilihat sebagai pribadi dan sebagai profesional dalam proses kelompok.
Konselor sebagai pemimpin kelompok juga
mempunyai tugas-tugas yang tidak ringan, jika menginginkan dalam melaksanakan
pekerjaan benar-benar profesional dan efektif.
Dari segi pribadi akan dilihat
kepribadian dan watak atau karakter pemimpin kelompok dan dari segi profesional
akan dilihat keterampilan dari pemimpin kelompok itu sendiri.
Pemimpin juga bertindang dengan
cara-cara tertentu didalam kelompok entah itu berorientasi kepada hubungan,
pendidikan maupun berorientasi kepada tugas atau pekerjaan.
B. Saran
Agar dapat memenuhi tuntutan sebagai seorang
pemimpin kelompok yang profesional dan efektif, dapat mengacu pada
teknik-teknik dalam landasan keilmuannya yang telah dibahas pada bab
sebelumnya. Namun tidak bisa dipungkiri hal utama yang juga begitu penting
dalam mewujudkan peranan pemimpin yang profesional adalah karakteristik pribadi
yang memiliki cirri khas terbaik dari seorang manusia.
DAFTAR PUSTAKA
daftar pustaka saya hapus ya...........mkch
mas andi jahat dapusnya diapus aku mahasiswa jadi bingung nyarinya huu mas andi jahat riski benci mas andi
BalasHapusiyadeh, butuh dafpusnya padahal:(
BalasHapusSumpah kalau gak ada referensi ngapain di tulis lapek aduh
BalasHapus